TERAS7.COM – Gerakan Pemuda (GP) Ansor merupakan salah satu organisasi kepemudaan yang merupakan badan otonom dari organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, Nahdhatul Ulama (NU).
Sebagai wadah bagi pemuda Nahdliyin, GP Ansor sebagai bagian dari NU memiliki tantangan yang berat, terutama untuk menjaga akidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) dan 4 pilar kebangsaan di masyarakat.
Hal ini diungkapkan Ketua Pengurus Wilayah (PW) GP Ansor Kalimantan Selatan, Teddy Suryana dalam Konferensi Cabang GP Ansor Kabupaten Banjar ke XV di Aula Barakat, Kantor Bupati Banjar, Martapura pada Sabtu (14/9).
Seperti GP Ansor Kalimantan Selatan, Teddy Suryana mengatakan tantangan yang dihadapi GP Ansor di Kalsel cukup berat sejak awal kepemimpinannya.
“Kita dihadapkan dengan masalah kebangsaan, yakni adanya organisasi HTI yang ingin merubah falsafah negara. Namun atas perjuangan GP Ansor dan seluruh Nahdliyin di seluruh Indonesia, akhirnya organisasi ini resmi dilarang oleh pemerintah. Kita juga sempat terpecah karena perbedaan politik jelang Pilpres kemarin, usai Pilpres walaupun pilihan berbeda sekarang kita sudah mulai bahu membahu untuk membangun bangsa,” ungkapnya.
Teddy Suryana memaparkan dari internal berdasarkan evaluasi dari GP Ansor pusat, Kalsel memiliki kelemahan dibidang struktur dan hanya berfokus terhadap kaderisasi saja, sehingga pembenahan organisasi menjadi prioritas yang diperbaiki dalam periode kepemimpinannya..
“Ke depan, reaktualisasi nilai-nilai Aswaja akan menjadi program dan tanggungjawab kita bersama. Kita juga harus membangun komunikasi dengan pihak terkait agar GP Ansor dapat berkontribusi di masyarakat maupun pemerintah. Seperti di Kabupaten Banjar, GP Ansor ini berhasil menjadi cabang dengan spesialisasi kaderisasi sehingga jumlah anggota Bansernya terbanyak. Dengan membangun kerjasama melalui kader NU dan Ansor yang ada di pemerintahan, semoga kita dapat memajukan Ansor dan badan otonom NU yang lainnya,” harap Teddy Suryana.
Sementara Ketua PCNU Kabupaten Banjar, H. Rusniansyah Marlim mengatakan GP Ansor sebagai organisasi pemuda dan organisasi agama bagian dari NU sebagaimana organisasi otonom lain di NU harus tunduk pada Pimpinan Besar Nahdhatul Ulama (PBNU).
“GP Ansor itu tidak lepas dari payung konstitusi NU. Setiap kader Ansor harus tahu dan paham dengan peraturan dasar dan aturan rumah tangga NU. Sehingga kemajuan NU tak hanya ada di atas kertas saja, namun juga dapat dilihat dari faktar yang sebenarnya,” katanya.
Setiap kader Ansor lanjutnya harus merujuk pada keputusan PBNU, jangan pada terpengaruh pada berita-berita di media sosial, apapun keputusan PBNU harus menjadi pegangan.
“Kalau tak paham atau ada perbedaan coba konfirmasi ke bidang yang bersangkutan. Di PBNU tak hanya ada aspek keagamaan saja, namun juga aspek kenegaraannya dan personil yang ada didalamnya tidak diragukan lagi kapasitasnya,” ujarnya.
Ia meminta agar kader Ansor menjaga 4 pilar kebangsaan yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945 agar bangsa dan negara ini tidak hancur dan terpecah berkeping-keping yang nantinya dapat mengganggu ummat dalam beribadah.
H. Rusniansyah Marlim berharap agar pengurus GP Ansor tertib dalam beradministrasi dan organisasi, terutama menyangkut laporan keuangan.
“Kader Ansor harus tertib administrasi, terutama menyangkut bantuan dari negara dan daerah. Bantuan tersebut harus dipertanggungjawabkan, dalam arti sempit harus ada laporan tertulis terhadap pimpinan. Jangan sampai lalai dan merugikan orang lain. Apapun bahkan sekecil apapun bantuan yang diberikan harus jelas pertanggungjawabannya,” ucapnya.