TERAS7.COM – Menginang atau mengunyah pinang merupakan warisan budaya Nusantara yang sudah dilakukan selama berabad-abad dan turun temurun.
Sayangnya tradisi masyarakat Melayu yang satu ini hampir hilang ditelan zaman karena pelakunya sangat jarang dan kebanyakan adalah orang tua.
Salah satunya adalah Hj. Nursiah (87), warga Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar yang masih menjaga tradisi menginang ini.
Saat ditemui oleh Teras7.com pada sabtu (11/5) di Banjarbaru, Hj. Nursiah tampak sedang menumbuk bahan-bahan untuk menginang atau bersirih yang terdiri dari daun sirih, pinang, gambir dan kapur sirih serta timbaku.
Bahan-bahan yang digunakan untuk menginang ini bisa didapatkan dengan mudah di sekitar rumah dan pasar tradisional ini.
Untuk satu kali menginang, diperlukan selembar daun sirih, kapur sirih secukupnya, pinang secukupnya dan gambir secukupnya.
Bahan-bahan tersebut ditumbuk menjadi satu dengan alat tumbuk dari logam dalam wadah semacam lesung dari kayu agar menjadi halus.
Usai menjadi halus, Hj. Nursiah mengorek bahan tersebut, menaruhnya di telapak tangan dan memasukkannya ke dalam mulut untuk dikunyah, lalu mengambil timbaku atau tembakau yang diusapkan ke gigi mirip dengan gerakan orang bersikat gigi.
Terakhir, ia ambil tempat membuang ludahnya bekas menginang yang berwarna merah ke wadah dari plastik, bau semerbak sirih tercium dan ia lalu bersihkan mulutnya dengan tisu.
Hj. Nursiah mengatakan ia sudah mulai menginang sejak masih muda.
“Mulai umur 20 sudah menginang sampai sekarang. Kepingin aja karena ibu saya dulu juga menginang,” kisahnya.
Ia mengungkapkan setiap hari menginang sebanyak 2 sampai 3 kali.
“Saya menginang supaya tidak ‘beliuran’ dan gigi menjadi kuat,” ujar Hj. Nursiah.
Kini hanya ia yang masih meneruskan tradisi menginang ini, tak ada lagi keluarganya yang melanjutkan tradisi pedatuan ini.
“Cuma saya yang sekarang menginang. Anak saya tak ada yang menginang lagi,” tuturnya.
Alat penginangan yang ia pakai sekarang pun tidak lagi tradisional, alasannya kepraktisan.
“Saya punya alat penginangan dari kuningan. Tapi saya simpan di rumah. Yang saat ini dipakai lebih mudah dibawa-bawa,” terang Hj. Nursiah.