TERAS7.COM – Di Ngawi harga kedelai impor bahan tahu dan tempe kini tembus Rp 530 ribu per zak yang ukurannya 50 kilogram di tingkat pengecer.
Itu di katakan oleh Bu Loso Salah satu pengecer kedelai di pasar Walikukun, Widodaren, Ngawi.
Diungkapkannya, sejak pertengahan Ramadhan kemarin kedelai harganya sudah naik, sampai saat ini belum ada tanda-tanda akan menurun.
“Belum tahu kapan normal lagi,” kata Bu Loso.
Sementara itu, kata Sudarmi, salah satu pengerajin tempe di Banyubiru, Widodaren Ngawi, mengaku dilema dengan kondisi harga saat ini, sampai-sampai mengurangi ukuran tempe produksinya, pas saat awal naiknya harga kedelai.
Dirinya menambahkan, dulu harganya pas Rp 7 ribu per kilogramnya, satu ikat dapat 10 bungkus tempe buntel daun harganya Rp 2.500 waktu naik, harga tetap sama hanya saja saya kurangi jumlahnya menjadi 9 bungkus.
“Kalau sekarang bingung mas tidak tahu lagi, mau dinaikan harganya atau dikurangi jumlahnya,” tandasnya.
Hal ini juga dirasakan oleh Giman Pengrajin tempe bungkus plastik Widodaren ini memilih memperkecil ukurannya agar tetap bisa bertahan.
“Kondisi saat ini agar tetap bisa bertahan ukurannya diperkecil, tapi harga tetap sama,” tegasnya.
Saat ini para pengrajin tahu tempe di Ngawi masih mengandalkan kedelai impor sebagai bahan baku, untuk kedelai lokal belum begitu diminati, “Kedelai lokal ukuran bijinya terlalu kecil, beda dengan kedali impor, tidak babar kalau untuk produksi tempe,” tandasnya.