TERAS7.COM – Usia bukan menjadi halangan untuk menuntut ilmu setinggi mungkin, hal inilah yang menjadi pegangan Max Mario Lala (58), warga Banjarmasin.
Di usia yang tidak muda lagi, pria ini berhasil menyelesaikan kuliah di prodi Sastra Inggris Bidang Peminatan Penerjemahan di Universitas Terbuka (UT) Banjarmasin.
Tak berhenti sampai disitu saja, Max Mario Lala juga menjadi wisudawan terbaik di prodinya dengan Indeks Prestasi Komutatif (IPK) sebesar 3,4.
Saat diwawancarai ditengah wisuda daring di UT Banjarmasin pada Selasa (21/7) kemarin, mantan Guru Bahasa Inggris di salah satu sekolah swasta di Kota Banjarmasin ini mengungkapkan kiat suksesnya meraih gelar sarjana keduanya ini di usia yang tidak lagi muda.
“Kita harus mencintai pilihan kita dulu, karena kalau tidak merasa cinta maka akan jadi beban. Kalau sudah cinta dengan pilihan kita, maka kita akan belajar seoptimal mungkin, walau jatuh bangun, kita harus tetap tabah dan bersemangat,” ujarnya.
Max Mario Lala menambahkan generasi muda kalau sudah memilih untuk mengerjakan sesuatu, maka harus dikerjakan dengan antusias karena masa depan bukan menjadi semakin mudah.
“Persaingan di masa depan makin keras, sehingga membutuhkan orang-orang unggul. Seperti kata pak Habibie, kalau jadi sarjana, jadilah sarjana yang unggul supaya bisa memenangkan persaingan dalam kehidupan ke depan,” pesannya.
Selama menjalani kuliah di UT Banjarmasin, Max Mario Lala mengungkapkan selain membutuhkan kesehatan fisik, juga perlu tekad dan komitmen.
“Saya sendiri sering begadang hingga dini hari untuk mengerjakan tugas. Karena itu butuh yang namanya tekad dan komitmen yang teguh untuk mengejar itu. Kalau tak punya komitmen yang baik, nanti kuliahnya akan tambah lebih lama,” terangnya.
Ia sendiri menceritakan awalnya ia belajar bahasa Inggris secara intensif saat menjadi Asisen Marketing di salah satu perusahaan swasta di Kalsel dan sering kali berurusan dengan para bule.
“Setelah perusahaan colaps, saya memberanikan diri untuk menjadi guru bahasa Inggris di salah satu sekolah swasta di Banjarmasin hingga pensiun saat umur 55 tahun. Saat itu saingan saya adalah sarjana bahasa Inggris dan sarjana Sastra Inggris. Atas pertolongan Tuhan, sayalah yang mendapat pekerjaan tersebut,” ceritanya.
Usai meraih gelar sarjana keduanya ini, Max Mario Lala menjadi guru Bahasa Inggris secara online dan mencoba menyasar pasar di luar negeri seperti Jepang dan China.
“Potensi di negara-negara tersebut sangat besar dan pasarnya bagus. Bukan saya tidak cinta pada Indonesia, tapi saat ini minat untuk mempelajari bahasa asing di negara kita masih kurang. Selain itu saya juga akan terus mengasah keterampilan saya dengan menjadi penerjemah dan penulis artikel bahasa Inggris,” bebernya.
Max Mario Lala juga berharap ke depan bisa kembali melanjutkan pendidikan S2 dengan bidang yang sama di Universitas Terbuka.