TERAS7.COM – Inspiratif. Begitulah kata pertama yang terlintas usai mendengar cerita tentang sosok Sugianoor. Warga Jalan Berkat 9 RT 02 RW 01 Kelurahan Sungai Besar ini, meskipun memilki keterbatasan fisik, namun tidak menjadikannya halangan untuk terus berusaha dan berinovasi.
Ihwal tersebut dapat dilihat dari semangatnya yang tidak pernah redup mengolah berbagai produk berbahan dasar ikan, khususnya Ikan Gabus.
Dari penuturannya, semula ia bersama sang isteri, dari bahan dasar ikan gabus tersebut, mereka mengolahnya menjadi kerupuk. Lambat laun seiring berjalannya waktu, mereka melakukan inovasi dengan memproduksi albumin atau ekstrak ikan gabus. Hal ini membuatnya dikenal orang sebagai satu-satunya pelaku ekonomi kreatif di Banjarbaru yang membuat albumin.
Ia juga menceritakan, sebelum akhirnya memproduksi albumin, Sugianoor bersama komunitas disabilitas mendapatkan pelatihan-pelatihan di Jakarta. Di mana nama komunitas tersebut adalah Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI).
Usai mengikuti pelatihan tersebut, ia memperoleh pengetahuan bahwa albumin ikan gabus memiliki nilai ekonomis sehingga dapat dijadikan pemasukan bagi keluarga. Seketika terlintas pemikiran, bahwa di Kalimantan Selatan banyak terdapat ikan haruan, sebutan dari ikan gabus. Untuk sementara, produksi ekstrak ikan gabus semuanya berasal dari pualu Jawa. “Kalau mereka bisa, kenapa kami tidak bisa? Lalu muncul lah ide untuk membuat albumin juga. Minat kami untuk membuat itu sangat besar,” ujar Ketua PPDI Kalimantan Selatan ini.
Menindaklanjuti ide tersebut, ia mencari berbagai informasi terkait pembuatan albumin dengan bertanya sana sini. Menurutnya, masyarakat umum belum banyak mengetahui tentang pembuatan albumin. Berkat kegigihannya mencari ragam informasi, akhirnya membuahkan hasil dan nasib mempertemukannya dengan Dinas Perikanan. Kemujuran tersebut kemudian mengarahkannya kepada Dewi dari Fakultas Perikanan ULM. “Dari situ terbukalah pintu untuk memproduksi albumin ikan gabus,” Sugianoor menuturkannya dengan bersemangat.
Tidak berhenti sampai di sana, kemujurannya pun berlanjut dengan diberikannya latihan oleh Dinas Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan untuk membuat ekstraknya. Tidak puas hanya sebatas mendapatkan pelatihan, ia pun kemudian berangkat ke Malang untuk menemui seorang ahli gizi, Puji Astuti.
Oleh ahli gizi tersebut, Sugianoor diberikan arahan-arahan dari cara pembuatan ekstrak ikan gabus yang benar sampai nilai gizinya.
Terkait segi produksi, Sugianoor mengaku bisa memproduksi rata-rata 500 botol uukuran keceil setiap bulannya. Adapun pembelinya berasal dari Kalsel dan Kalteng, bahkan juga ada dari Surabaya.
“Saya berharap produk ini bisa dijual secara online. Kami juga ingin bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma, mudah-mudahan disetujui. Kalau bisa bekerja sama dengan Kimia Farma, otomatis pemasarannya bisa seluruh Indonesia,” terangnya.