TERAS7.COM – Harga cabai merah semakin pedas dan melambung tinggi dipasaran, hampir menembus Rp 100.000 per kilogram.
Menurut Kepala Dinas Perdangan Kota Banjarbaru, Abdul Basit hal tersebut salah satunya dikarenakan musim hujan yang melanda kawasan Indonesia mengakibatkan panen petani tidak maksimal.
“Saat musim hujan ini panen petani tidak maksimal, dan cabai yang dibeli dari Pulau Jawa paling lama seminggu sudah rusak,” ujarnya saat ditemui jurnalis Teras7.com, pada Senin (11/01).
Kepala Dinas Perdangan Banjarbaru tersebut mengatakan bahwa untuk komoditi serupa yaitu cabai rawit tergolong stabil tidak mengalami kenaikan.
“Cabai merah saja yang naik, untuk cabai rawit itu stabil,” katanya.
Menurutnya kenaikan harga menjadi keuntungan bagi pedagang dan menjadi keluhan oleh masyarakat, sebaliknya jika harga turun masyarakat diuntungkan dan pedagang mengeluh, dan Disdag bertugas untuk menstabilkan kondisi tersebut.
Dirinya juga mengatakan untuk persoalan harga bisa dibilang tidak menjadi momok utama bagi masyarakat, karena hal itu bisa diakali masyarakat dengan membeli lebih sedikit.
Yang menjadi momok utama pembeli iyalah ketidaktersediaannya barang yang mengakibatkan kelangkaan barang tersebut dipasaran.
“Yang penting barangnya ada, yang bikin repot itu kalau barangnya tidak ada,” ucapnya.
Pentingnya menjaga ketersediaan barang tersebut menurutnya karena masyarakat Kota Banjarbaru tidak memiliki subtitusi barang ketimbang Kabupaten Banjar dan daerah yang ada di Banua Anam.
Abdul Basid juga mengatakan tugas pihaknya untuk memastikan distribusi lancar agar tidak ada kelangkaan barang dipasaran, kendati harga naik.
Sementara itu, Nida salah seorang pembeli Cabai mengatakan bahwa kenaikan tersebut mengakibatkan dirinya harus membeli cabai merah dengan berat yang lebih sedikit agar tidak merogoh kocek yang dalam.
“Saya beli sedikit saja, namanya juga lagi mahal (cabai merah),” jelas Nida singkat.
Nida juga mengharapkan agar pemerintah terkait dapat secepatnya menstabilkan harga cabai merah agar kembali normal.