TERAS7.COM – Mapolsek Daha Selatan, Polres Hulu Sungai Selatan (HSS) pada 1 Juni 2020 lalu yang diserang oleh Orang Tidak Dikenal (OTK) dan mengakibatkan satu anggota kepolisian yang sedang bertugas saat itu tewas.
Aksi penyerangan yang dilakukan oleh OTK yang diduga terkait dengan jaringan terorisme tersebut juga mengakibatkan membakar satu unit mobil patroli.
Sedangkan pelaku OTK tewas tertembak karena melakukan perlawanan saat hendak diamankan oleh pihak kepolisian, hingga saat ini kasus penyerangan ini sendiri masih terus diselidiki oleh Polda Kalsel.
Penyerangan yang diduga terkait dengan jaringan terorisme ini cukup mengkhawatirkan masyarakat karena terjadi di Kalimantan Selatan yang bisa dibilang cukup aman dan damai.
Putra, warga Tanjung Rema, Martapura, Kabupaten Banjar pada Teras7.com mengungkapkan ia cukup khawatir dengan keberadaan orang-orang yang diduga terkait dengan jaringan terorisme ini.
“Dengan ada aksi penyerangan di HSS, tentu saja kita sebagai masyarakat khawatir. Selama ini kan daerah kita bisa dibilang aman dari hal-hal seperti itu, apalagi masyarakat di daerah kita cukup agamis,” ungkapnya.
Putra khawatir aksi penyerangan tersebut memantik pihak lain yang mungkin terkait dengan pelaku tersebut dan bisa melakukan aksi selanjutnya di masa yang akan datang.
“Mudahan kasus yang penyerangan tersebut adalah kasus terakhir, jangan sampai kita kecolongan. Jangan sampai fenomena itu adalah fenomena gunung es, bahaya bagi daerah kita,” cemasnya.
Demikian pula dengan Asfi, warga Bincau yang meminta pihak terkait agar tidak menganggap sepele kejadian penyerangan Mapolsek Daha tersebut
“Aparat yang bertugas harus serius dan tuntas dalam menanganinya. Karena hal ini merupakan kali pertama terjadi di Kalimantan Selatan, maka harus ditelusuri dan di tracking dengan benar jangan sampai kita kecolongan kembali,” harapnya.
Asfi juga meminta pemerintah bisa mewaspadai setiap hal yang mencurigakan dan beresiko secara dini sehingga harus cepat ditangani.
Sementara itu ditempat terpisah Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Banjar, Aslam saat ditemui di ruang kerjanya pada Kamis (23/7) mengungkapkan secara garis besar Kabupaten Banjar aman.
“Untuk di daerah kita bisa dibilang aman, karena besarnya pengaruh organisasi kemasyarakatan Nahdlatul Ulama (NU) yang didukung sekitar 90 persen warga Kabupaten Banjar. Kita bersyukur keberadaan NU dapat mempersulit dan memperlambat paham-paham radikal dan ekstrimis masuk ke daerah kita,” ungkapnya.
Apalagi adanya tradisi atau kebiasaan di masyarakat seperti acara yasinan yang digelar setiap minggu secara bergiliran secara tak langsung menghalangi perkembangan paham-paham radikal.
“Kalau ada masyarakat yang tidak tergabung ke yasinan atau tidak hadir, pasti akan menjadi kecurigaan di masyarakat. Ini bisa menjadi bahan bagi kita untuk deteksi dini,” sebut Aslam.
Instansi yang dipimpinnya ini sebelum pandemi Covid-19 rutin melakukan rapat bersama tim terpadu dengan instansi terkait dan instansi vertikal setiap 3 bulan sekali untuk menyikapi informasi dan perkembangan di masyarakat.
“Tapi karena Covid-19 mulai tidak rutin lagi. Melalui rapat bersama perwakilan TNI, Polri, Kejaksaan dan lainnya kita bisa informasikan ke pimpinan tentang hal-hal yang mengkhawatirkan di masyarakat sehingga cepat ditindaklanjuti. Misalnya kasus dugaan penyimpangan pemahaman agama di Gambut beberapa waktu yang lalu,” bebernya.
Di Badan Kesbangpol Banjar sendiri pejabat yang khusus menangani hal-hal yang menjadi kewaspadaan di daerah ini, misalnya dengan melakukan pergerakan ke daerah untuk mengumpulkan informasi dan menjalin kerjasama yang cukup erat instansi terkait.
Ke depan, Badan Kesbangpol Banjar lanjut Aslam akan melibatkan masyarakat untuk melakukan pengawasan, terutama pada tempat kost atau rumah sewa yang bisa dibilang cukup rentan.
“Tempat kost ditempat kita kalau diinventarisir sangat besar, karena itu pengawasannya tergantung pada pemiliknya yang musti lebih ketat untuk mengetahui siapa yang menyewa, jangan cuma meminta KTP saja, itu akan menyulitkan kita untuk memantau dan mengidentifikasi karena tingkat kerentanannya yang tinggi. Ke depan harus dipantau lebih ketat,” katanya.
Apalagi sering kali pelaku yang memiliki paham ekstrimis dan radikal yang terlibat jaringan terorisme seperti kasus di luar daerah sering ngontak rumah dan berpindah tempat tinggal.
“Karena itu peran aktif pemilik kost yang menyediakan tempat tinggal yang disewakan dan penyewa harus lapor pada Ketua RT setempat,” ucapnya.