TERAS7.COM – Ditengah pandemi Covid-19 yang masih belum usai ini, jagat dunia maya sempat dihebohkan dengan sebutan kue klepon tidak islami.
Akibatnya kata Klepon sendiri sempat merajai trending Twitter di Tanah Air, bahkan disebut-sebut berkaitan dengan Perayaan Natal.
Kue berwarna hijau berbalut kelapa parut ini ramai menjadi perbincangan publik usai sebuah akun mengunggah postingan ‘Kue klepon tidak islami. yuk tinggalkan jajanan yang tidak islami dengan cara membeli jajanan islami, aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami, Abu Ikhwan Aziz.’
Kue Klepon ini sendiri di Kota Martapura, Kabupaten Banjar sudah menjadi panganan ringan bagi masyarakat lokal maupun mereka yang mengunjungi Kota yang dikenal sebagai Serambi Mekkah ini, khususnya Klepon buntut.
Biasanya di Martapura, kue berisi gula merah ini dijual dalam kemasan kotak kertas, dengan harga sekitar 5000 rupiah bisa mendapatkan 2 kotak berisi panganan lezat.
Siti (30) salah satu penjual kue Klepon kepada Teras7.com mengaku mengetahui perihal polemik Klepon tidak islami tersebut, ia memilih tidak menanggapinya terlalu serius.
“Bagi saya sih itu cuma kerjaan orang iseng aja. Tapi kalau benar, itu memang cara berdagang yang tidak baik, karena seperti menjatuhkan produk lain dengan membawa agama,” katanya.
Siti sendiri mengungkapkan tidak terlalu paham kenapa Klepon dianggap tidak islami, padahal bahan bakunya halal dan aman di konsumsi.
Kue panganan berwarna hijau ini lanjut Siti dibuat dari bahan-bahan yaitu tepung ketan, pewarna hijau pandan, gula merah dan parutan kelapa.
“Saya kurang tahu banyak, yang pasti intuk parutan kepala di kukus, sementara untuk adonan tepung ketan diwarnai dulu, baru diisi gula merah dan direbus sampai timbul, baru diberikan parutan kelapa,” katanya.
Salah satu penikmat klepon, Ainuddin mengatakan tidak bisa suatu makanan dimanakan islami kecuali dilarang dalam Islam seperti Babi dan Anjing.
“Jadi apa ciri tidak islami dan tandanya, seperti Klepon tadi darimana segi tidak islamnya? Padahal bahan Klepon dari tepung ketan, gula merah dan parutan kelapa,” terangnya.
Dikaitkannya kue tradisional ini dengan perayaan Natal, tepatnya dikatakan mirip pohon natal yang berwarna hijau dibalut salju pun dianggap tak beralasan oleh warga Sekumpul ini.
“Kalau dikaitkan dengan pohon natal, sebenarnya di negara yang mengalami musim salju saat merayakan natal, hanya pohon Cemara yang masih tumbuh dan daunnya hijau. Karena itu digunakan menjadi perlengkapan untuk perayaan natal, kalau di disana tumbuh pohon Belinju, bisa jadi itu yang digunakan,” sebut Ainuddin.