TERAS7.COM – Tepat pukul 00.00 Wita Hj. Halimah menyusun perangkat jualannya, lapak sederhadan di bawah lampu kuning Kota Banjarbaru yang mulai menyepi kala malam itu.
Pergantian hari helat malam, Kamis (28/03) dini hari, jurnalis teras7.com menghampiri seorang ibu yang sedang menyusun barang dagangannya. Sebelumnya entah tidak mengetahui apa yang akan ibu tua ini dagangkan, yang mana orang-orang sudah terlelap tidur beristirahat untuk menghadapi hidup dipagi esok.
Bertempat di pasar Bauntung Kota Banjarbaru, Hj Halimah (60) ini terlihat menyusun dan mengaduk adonan gorengan, saat ditanya apa yang beliau akan jual, ia menjawab jualan gorengan dan cucur.
“Saya jualan gorengan bakwan sama cucur, kenapa, kamu mau beli,” ujarnya sembari mengaduk adonan didalam wadah yang berukurang sedang.
Perbincangan bersama ibu yang akrab disapa nenek Ummi ini pun berlanjut, ia mengatakan, sudah berjualan sejak tahun 2005 lalu, mulai pukul 01.00 Wita sampai 07.00 Wita pagi.
Kota Banjarbaru menjadi daerah pilihan saat ia pergi merantau dari Madura, setelah suaminya meninggal dunia nenek Ummi Bersama anak laki-lakinya memutuskan merantau dan bekerja di Kota Banjarbaru.
“Tahun 2005 lalu setelah suami saya meninggal dunia, saya bersama anak laki-laki saya merantau ke Banjarbaru, mengontrak sebuah rumah dan mencoba berdagang cucur di pasar subuh Banjarbaru,” katanya.
Sejak waktu itu, ia tidak memiliki cara lain untuk bagaimana mencukupi kebutuhan hidup bersama anaknya, hingga ia mencoba untuk menjual gorengan dan cucur sampai menjadi pekerjaan tetap yang ia lakoni hingga hari tuanya.
Kini nenek Ummi sudah tinggal di rumah sendiri dan menjadi warga kota Banjarbaru, di Jalan Keramat, Kelurahan Kemuning, Kecamatan Banjarbaru Selatan, dan anak laki-lakinya pun sudah menikah dan memiliki tempat tinggal sendiri Bersama keluarganya.
Saat ditanya kenapa memilih jualan tengah malam, nenek Ummi bilang, kalau jualan malam ia tidak akan dikenakan biaya retribusi pasar, “Kalau jualan pagi dipasar saya harus bayar,” ungkapnya seraya membuat adonan cucur kedalam minyak goreng yang sudah ia panaskan.
Terlihat satu persatu orang datang membeli gorengan nenek Ummi, ia mengatakan, banyak pembeli gorengannyadari anak-anak mahasiswa, hingga ia akrab disapa dengan sebutan ummi atau ibu yang setiap malamnya selalu ada menjual gorengan dikala warung-warung makan yang lain tutup.
“Saya dipanggil ummi karena banyak mahasiswa yang membeli goregan cucur saya, mereka bilang cuma ibu yang buka disaat semua warung makan sudah pada tutup,” jelas nenek Ummi sambil tersenyum.
Nenek Ummi melanjutkan, dahulu ia menjual cucur hanya seharga 250 rupaih saja, kini karena segalanya sudah mahal ia terpaksa menjualnya seharga 1000 rupiah, agar mahasiswa tetap bisa membeli cucur buatannya dengan harga yang sangat terjangkau.
“Untuk adonan saya buat saat malam sebelum berangkat jam 12 malam, menggunakan gerobak dari rumah sampai pasar Bauntung,” tungkasnya.
Salmah seorang pembeli bersama temannya mengatakan, ia berlangganan cucur dan gorengan nenek Ummi sudah sejak lama, karena di Kota Banjarbaru satu satunya penjual cucur tengah malam hanya disini.
“Langganan dengan nenek Ummi sudah lama, setelah jalan-jalan saya sering mampir dan membeli cucur dulu, lumaian buat mengisi perut kalau lagi lapar tengah malam,” ucap Salmah.