TERAS7.COM – Renang merupakan salah satu olahraga air yang cukup diminati dan menjadi cabang olahraga (Cabor) yang diperlombakan dalam berbagai even olahraga, mulai Olimpiade ditingkat Internasional hingga kejuaraan-kejuaraan di daerah.
Namun siapa sangka, Kabupaten Banjar ternyata memiliki “mutiara” muda yang memiliki prestasi yang cukup diperhitungkan dalam cabang olahraga air ini.
Adalah Jihan Syafira Isyahadi (11), perenang asal Kecamatan Karang Intan ini walau pun umurnya bisa dibilang masih muda, namun sudah memiliki banyak prestasi.
Mulai dari Pekan Olahraga Provinsi (Porprov), Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) Kejuaraan Provinsi (Kejurprov) dan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) tingkat Kalimantan Selatan (Kalsel).
“Terakhir dalam Porprov 2017 saya meraih juara 2 gaya Punggung 100 meter. Sedangkan dari O2SN tingkat Kalsel tahun 2019 saya meraih 3 emas dari 50 meter gaya kupu-kupu, 50 meter gaya punggung dan 50 meter gaya bebas,” ujar Jihan.
Pelajar yang sedang menempuh pendidikan di SDN Sungai Arpat 2 Kecamatan Karang Intan ini mengatakan dirinya sudah 5 tahun menggeluti cabor renang ini.
“Pertama kali saya belajar renang di sungai sejak Kelas 2 SD, setelah itu saya ikut les privat renang di Kota Banjarbaru. Baru saya mengikuti berbagai kejuaraan renang, tak menyangka kemudian bisa jadi juara seperti sekarang,” terang Jihan.
Untuk mengikuti berbagai kejuaraan renang, pada awalnya Jihan harus merogoh kocek pribadinya.
“Sekarang sudah mulai ada perhatian dari Koni Kabupaten Banjar. Harapannya ke depan saya bisa menang dan meraih juara ke depannya, apalagi perjalanan saya sebagai atlet masih panjang,” katanya.
Sementara pelatih Jihan, Zainal (52) mengatakan selama perkembangan Jihan sangat baik dan pesat.
“Hingga 2 tahun ini limit yang sudah dicapai oleh Jihan berhasil ia lampaui, sehingga kemampuannya meningkat pesat,” ungkapnya.
Cabor renang di Kabupaten Banjar khususnya dan Kalsel umumnya berkembang cukup pesat.
“Kabupaten Banjar punya banyak atlet yang potensial selain Jihan seperti Rizki, Fiqron dan Fatimah. Pembinaan mereka harus dipehatikan dengan benar oleh Pemerintah, tak hanya berlatih saja, kalau asupan gizi tak diperhatikan tak ada hasilnya,” jelas Zainal.
Ia tak mempermasalahkan tak ada kolam renang di Kabupaten Banjar, karena para atlet bisa latihan di kolam renang yang ada di Kota Banjarbaru seperti Kolam Antasari.
“Kita mendapatkan banyak dukungan ke depannya dari banyak pihak, terutama untuk Porprov Tahun 2021. Saya berharap cabor renang ini dapat berkembang lebih pesat lagi,” ucap Zainal.
Sedangkan Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Banjar, Rakhmat Dhani mengakui cabor renang di Kabupaten Banjar punya potensi yang cukup bagus.
“Potensi perenang terutama dari pelajar di Kabupaten Banjar cukup besar dan bisa meraih berbagai prestasi, walau mereka menggunakan fasilitas seadanya misalnya berlatih renang di Irigasi atau sungai yang ada di sekitar sekolah. Apalagi kalua mereka berlatih dengan fasilitas yang lengkap,” katanya.
Potensi perenang Kabupatenn Banjar ini kalau tidak tergarap dengan baik dan kemungkinan ditarik ke daerah yang lain ujar Rakhmati menjadi kekhawatiran tersendiri.
“Apa boleh buat kalau itu terjadi, namun untuk pelajar kami tidak terlalu khawatir karena pelajar yang menjadi atlet tidak dapat bertanding kalua tidak membela sekolahnya. Untuk prestasi sediri memang ada ketentuan yang mengharuskan atlet mengikuti pelatihnya,” terangnya.
Hal ini terjadi karea tidak adanya fasilitas pelatihan untuk cabor renang yang sering kali menjadi keluhan para pelatih karea Kabupaten Bannjar tidak memiliki fasilitas kolam renang sendiri.
“Ini yang masih menjadi kendala bagi pelatihan renang di Kabupatenn Banjar. Fasilitas ini kami usulkan terus bertahun-tahun dan kami berusaha untuk meraih dukungan dari Pemerintah Daerah,” sambung Rakhmat Dhani.
Kadispora ini juga mengungkapkan bahwa SDN 2 Indrasari yang memiliki kolam renang berpotensi menjadi tempat pelatihan renang bagi perenang di Kabupaten Banjar.
“Di Kabupaten Banjar sebenarnya punya kolam renang, namun itu asset milik SDN 2 Indrasari. Kolam tersebut memang tidak standar untuk pertandingan, tapi bisa digunakan untuk latihan. Kami berusaha bekerjasama dengan Dinas Pendidikan agar mendapat lampu hijau untuk mengelola kolam renang tersebut. Walau pun kolam tersebut milik sekolah, tapi mereka tidak mampu untuk mengoperasikannya karena biayanya yang cukup mahal, terutama untuk sirkulasi airnya. Kalau disetujui kami akan mengajukan angaran ke Tim Anggaran Daerah agar nantinya bisa mengelola fasilitas kolam renang ini,” jelas Rakhmat Dhani.