TERAS7.COM – Menyambut kedatangan mahasiswa baru tahun ajaran 2019 kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sanggar Bahana Antasari (SBA) akan menggelar pementasan selamat datang.
Kegiatan seni yang terus dikaryakan oleh para seniman kampus merupakan sebuah perjuangan ditengah maraknya perkembangan dunia modern dan teknologi yang semakin canggih, bagaimana agar kesenian tradisional maupun modern tetap bisa menjadi minat bagi para generasi muda untuk terus berkarya dalam setiap lakon.
Sanggar Bahana Antasari (SBA) salah satunya yang masih gigih dan penuh semangat, berkarya menjadikan anggotanya sebagai seniman sejati yang mampu melaju melawan arus persaingan teknologi yang perlahan menggerus kreatifitas kesenian.
Hal itulah yang menjadi salah satu dasar para seniam-seniman muda dibeberapa kampus yang ada di Kalimantan Selatan, untuk terus berkonstribusi dalam karya seni lokal hingga mengadaptasikannya dalam nuansa modern, agar kesenian tetap menarik dan pantas untuk dipertontonkan bagi masyarakat luas.
Pentas Selamat Datang adalah sebuah usaha dari para seniman SBA untuk memperkenalkan kesenian kepada ribuan mahasiswa baru, yang berkuliyah di UIN Antasari, baik seni tari, musik, sastra maupun teater atau kesenian lakon.
Berbagai prestasi juga telah berhasil diraih oleh SBA dalam bidang kesenian, terutama dibidang teater baik ditingkat lokal, regional maupun nasional. Tahun kemarin SBA berhasil memborong piala dalam ajang lomba teater Festival Monolog Mahasiswa Nasional (Stigma) 5, yang diadakan di Kota Malang dengan judul naskah ‘Bukan Teka Teki’ Karya Muhammad Ramadhani Albanjari, membawa pulang 5 piala dan piagam penghargaan, diantaranya penyaji terbaik, penata artistik terbaik, penata cahaya terbaik, aktor terbaik dan sutradara terbaik.
Dibawah minimnya perhatian pemerintah maupun kampus tidak menyurutkan semangat mereka untuk terus berkarya dari pertunjukan satu ke pertunjukan lain. Karya demi karya pun terus dipentaskan hingga melahirkan seniman yang bergengsi di tengah kemajuan zaman.
Tidak hanya Stigma, SBA dalam setiap tahunnya juga selalu menjadi perwakilan Kalimantan Selatan untuk mementaskan sebuah pertunjukan teater dalam kegiatan sakral tahunan Temu teater Mahasiswa Nusantara (Temu Teman), yang juga tahun lalu Kalimantan Selatan ditunjuk sebagai tuan rumah Temu Teman ke XIV dan tahun ini pada Bulan Juni kemarin Temu Teman ke XVII yang diadakan di Yogyakarta SBA selalu menjadi tamu yang ditunggu pertunjukannya.
Tidak alang, sebuah penetatasan teater dari SBA dengan judul ‘DELUSI’ pun mampu menghipnotis para penonton dan para penggiat seni teater senusantara, bagaimana tidak dalam alur ceritanya yang mengisahkan tentang cinta dan perjuangan seorang warga desa yang menolak pertambangan hingga dibunuh karena benar, napak pada wajah Indonesia Raya yang dikuasai investor asing mengeruk habis kekayaan nusantara lewat operasi kejinya pertambangan yang marak masa kini.
Nah, pertunujukan ini akan kembali dipentaskan dalam Pentas Selamat Datang untuk mahasiswa baru, pada tanggal 20 September 2019, bertempat di Auditorium Mastur Zahri Kampus UIN Antasari Bajarmasin, pukul 20.00 Wita sampai selesai.
Penulis naskah ‘DELUSI’ Muhammada Ramadhani Albanjari kepada teras7.com, pada Kamis (12/09) mengatakan, Delusi adalah naskah yang menceritakan tentang benturan antara cinta dan kasih sayang yang dimiliki seseorang penulis yang bernama Pak hendra segaligus aktivis kampus dimasa kuliahnya, benturan sebuah kecintaannya dengan keluarga kecilnya dengan tugas bahkan hati nuraninya sebagai penulis yang tidak henti-hentinya melontarkan kritikan pedas.
Memperjuangkan kampung halamannya, kampung yang terbilang miris akibat dampak pertambangan bebas dan juga pembukaan lahan besar-besaran.
Namun bagai melawan para singa liar tidaklah mulus apa yang diperjuangkan Pak Hendra seorang tokoh yang dalam naskah, melaikan selalu mendapatkan intimidasi bahkan teror padanya hingga keluarga kecilnya.
“Itulah yang membuatnya geram dan juga dihantui kebimbangan untuk melanjutkan perjuangannya,” ujar Ramadhani yang mulai perlahan menceritakan singkat naskah miliknya.
Akan tetapi Pak Hendra tetap menjaga keluarga kecilnya, pada sisi lain ia pun merasa terpanggil sebagai penulis dan aktivis yang dibutuhkan oleh warga di kampungnya. benturan itu kian meningkat sampai akhirnya jiwa Pak Hendra menjadi delusi karna sikap brutal yang dimainkan oleh pihak pertambangan yang merugikan tersebut.
Naskah ini baru saja di ketik namun ide dan gagasan sudah lama didapat, saat sang penulis tergabung dalam organ kampus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) pada tahun 2005, yang saat itu ikut andil dalam memperjuangkan perda tentang pertambagan batu bara. Antara lain larangan truk tambang melewati jalan negara, hingga berbuah manis dengan diterbitkannya Perda Kalimantan Selatan Nomor 3 Tahun 2008.
“Naskah ini didedikasikan untuk almarhum Wawan Wirawan yang pada saat itu menjadi presiden mahasiswa IAIN Antasari Banjarmasin, dan beliaulah penggagas gerakan aksi dalam perjuangan tersebut, dimana acap kali sering mendapat teror dari orang yang tidak dikenal agar ia dan kawan-kawannya berhenti melakukan aksi unjukrasa,” Jelasnya yang memiliki panggilan akrab Abe Sba.
“Kini lewat karya saya coba dengan kuat mengingat perjuangan kala itu, karena dengan teater kita juga bisa menyuarakan aspirasi rakyat, hidup mahasiswa” ucapnya.
Disamping itu, Muhammad Nasrullah Sutradara pertunjukan naskah Delusi mengatakan, bahwa naskah ini cukup berat untuk digarap, sehingga para pemain harus menjalani latihan rutin, agar karakter yang diperankan benar-benar dalam dan menjiwai kisah didalamnya.
“Bahkan waktu casting saya cukup kesulitan memilih calon pemain, karena karakter Pak Hendra dalam naskah ini memiliki karakter yang sangat kuat, dimana sipemeran mesti benar-benar masuk dan menjiwai sosok ini,” ungkapnya sembari menyeduh kopi yang sudah setengah tersisa didalam gelas.
Garapan teater yang memainkan 16 tokoh dan 8 pemeran tambahan ini, juga didukung penata cahaya atau lighting dan musik penggiring yang benar-benar memahami nuansa dalam naskah, untuk memperkuat sebuah pertunjukan, tentu penanggungjawab lighting harus cocok memilih warna lampu yang sesuai dan juga penata musik harus benar-benar bisa memilih musik yang cocok dengan alur cerita.
“Selama tiga bulan latihan pun sebenarnya masih belum cukup untuk menjadikan para pemain benar-benar mampu memerankan naskah ini, tapi saya yakin pertunujkan ini akan sangat menarik dan menyentuh. yang penting the show must go on,”kata Subur Sba yang juga pernah dinobatkan sebagai aktor terbaik dalam seni teater Kalimantan Selatan.
Yang sangat menarik dalam naskah ini ialah perjuangan seorang aktivis sekaligus penulis yang berani berteriak lantang membela kebenaran untuk menyelamatkan kampung halamannya dari para pengusaha investor tambang yang mengeruk habis tanah leluhur, walau nyawanya menjadi taruha.
“Semoga dengan garapan naskah teater ini, mampu menyadarkan mahasiswa maupun pemuda untuk tidak takun menyuarakan berteriak lantang dan menulis sesuatu yang benar, dan menyelamatkan Meratus,” harapnya.