TERAS7.COM – Kawasan Ekowisata Taman Hutan Raya Sultan Adam atau Tahura SA, selain menawarkan panorama alam yang indah, juga menyediakan berbagai fasilitas atau situs sejarah bagi para pegunjung, di antaranya adalah Pesanggrahan Belanda yang berjarak 5,1 km dari monumen Tahura Sultan Adam Mandiangin.
Pesanggrahan Belanda atau atau tempat peristirahatan Ambtenaar (pejabat) Belanda yang diresmikan pada tanggal 26 Februari 1939 oleh Gouverneur van Borneo, Dr. Bauke Jan (B.J.) Haga. Haga memerintah di Borneo tahun 1938 sampai 1942.
Pesanggrahan ini difungsikan sejak tahun 1939. Bangunan pesanggrahan terdiri dari ruang tamu, kamar tidur, dapur, kamar mandi dan toilet. Kemudian dilengkapi dengan tandon dan bak air. Pesanggrahan Mandiangin berada dilokasi Bukit Besar dengan jarak 50 Km dari Banjarmasin. Kemudian pada ketinggian 450 meter dari permukaan laut.
Bangunan ini terdiri dari susunan dinding bangunan dari campuran batu andesit dan semen Portland serta kerikil. Kemudian struktur kayu ulin, dengan dinding papan ulin.
Sedangkan bangunan tambahan adalah kamar mandi dan bak air mandi ukuran kecil serta toilet. Kemudian terdapat bak mandi/tandon dari beton pada bagian luar bangunan Sanatorium.
Pada tahun 1943, setelah Jepang menguasai Kalimantan (Borneo), Pesanggarahan ini tidak digunakan lagi. Ambtenaar (pejabat pemerintah) Hindia Belanda banyak yang meninggalkan Kalimantan (Borneo). Pada tahun ini juga , Dr.B.J. Haga dipenggal oleh tentara Jepang di Benteng Tatas, Banjarmasin. Pesanggrahan ini dilengkapi dengan fasilitas kolam renang (zwembad) dan lapangan tenis (tennis-baan). Arsitek yang membangun pesanggrahan dan fasilitasnya ini adalah A.W. Rynders yang pada tahun 1939 tercatat sebagai arsitek di wilayah Zuid en Oost Borneo.
Rani, pengunjung asal Banjarbaru yang bersama temannya mengunjungi Pesanggrahan Belanda menyampaikan kepada Teras7.com, bangunan tersebut dinilainya bagus, karena mengangkat dan mengenang sebuah sejarah, sehingga ke depannya nanti dapat diceritakan kepada anak cucu.
Ia mengaku kunjungannya ke Pesanggrahan Belanda ini merupakan bagian liburan dan juga untuk melakukan hoby yakni mengunjungi alam.
“Harapannya, sejarah-sejarah yang ada di Tahura ini bisa diangkat lagi, agar mengetahui berbagai sejarah yang ada di Tahura, untuk kemudian diceritakan kepada generasi muda,” ungkap Rani.
“Tahura pada saat ini memang banyak kemajuan, bangunannya semakin bertambah, terutama gazebo-gazebo. Kalau bisa ditambahin lagi gazebonya, biar lebih banyak pengunjung bisa beristirahat dan menikmati berbagai momen di sini,” pungkasnya.