TERAS7.COM – Peningkatan kasus Covid-19 beberapa waktu terakhir cukup mengkhawatirkan, membuat banyak praktisi kesehatan membagikan kiatnya pada masyarakat untuk mencegah resiko tertular hingga penyembuhan.
Salah satunya yang cukup ramai diperbincangkan di media sosial adalah kiat dari dr. Piprim Basarah Yanuarso, yang bahkan sudah diundang ke podcast salah satu kanal YouTuber ternama di tanah air.
Jika sebelumnya masyarakat jika tertular Covid-19 dianjurkan untuk makan untuk meningkatkan imunitas, berbeda dengan dr. Piprim yang menganjurkan agar berpuasa dan tidur.
Menurut dr. Piprim dikutip dari kanal YouTube pribadinya, jika tertular Covid-19 maka harus menjadi “be a bad host for Covid-19” atau menjadi tuan rumah yang jelek untuk Covid-19.
Karena kayanya, virus Covid-19 itu sifatnya melakukan pembajakan pada sel manusia, karena Covid-19 merupakan makhluk hidup yang setengah hidup dan setengah mati.
“Virus ini kan bukan makhluk hidup sesungguhnya. Dia hanya ada materi genetik rNA dibungkus oleh kapsul dan ada duri-durinya dia masuk ke tubuh kita, konsepnya itu membajak tubuh kita,” terangnya.
Kemudian saat rNA-nya masuk lanjut dr. Piprim, hal itu akan terjadi transkripsikan untuk mencetak anak virus dengan menggunakan nutrisi di tubuh manusia, dimana 1 sel tubuh manusia yang dibajak dapat menghasilkan 400 ribu sampai 1 juta anak virus yang baru.
“Hampir sama dengan kanker, menggunakan nutrisi kita yaitu glukosa dalam darah untuk berkembang biak,” katanya.
Efek lain dari virus ini adalah membajak rem inflamasi atau peradangan, dimana inflamasi sendiri berfungsi untuk membunuh patogen asing seperti virus dan bakteri yang masuk ke tubuh manusia.
Dengan terjadinya proses inflamasi hebat dan tak terkendali yang dapat membahayakan tubuh, karena sejatinya inflamasi hanya berlangsung sebentar saja sebelum beralih ke adaptif imunity dan pembentukan antibodi yang dapat membunuh virus dengan kekebalan tubuh yang telah beradaptasi.
Inflamasi terang dr. Piprim bisa diredakan dengan tidur dan puasa, sehingga yang tertular Covid-19 tidak berakhir tragis di masuk ke ruang ICU.
Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan setelah tertular jelas dr. Piprim bukan dengan banyak makan, tetapi berpuasa untuk mendorong agar sistem imunitas tubuh bisa bekerja optimal.
“Ada beberapa pendapat ahli dan hasil penelitian, seperti Plutarch yang menyebut ‘Lebih baik berpuasa dibandingkan menggunakan obat.’ Perilaku ini bisa dicermati saat binatang sakit tidak melakukan aktivitas makan. Juga pendapat Hippocrates yang mengatakan, ‘Setiap orang mempunyai dokter dalam dirinya, kita hanya membantunya agar ia bekerja. Proses penyembuhan alamiah merupakan upaya yang paling bagus. Makanan seharusnya menjadi obat, sebagaimana obat layaknya menjadi santapan kita. Tapi makan saat kondisi sakit, seperti memelihara penyakit,’” ungkapnya.
Dr. Piprim juga menyebut terdapat penelitian bahwa orang yang tidak mau makan saat infeksi atau Anorexia adalah proses yang normal sebagai mekanisme pertahanan untuk mengusir patogen asing.
Bahkan hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam penelitian Pemenang nobel, Yoshinori Ohsumi tahun 2016 menemukan mekanisme autophagy, yakni proses ketika sel-sel pada tubuh kita mengeluarkan racun dan menggantikan racun-racun dengan memperbaiki diri mereka sendiri.
“Jadi Covid-19 itu bisa diselesaikan dengan autofagi yang sangat hebat,” ucapnya.
Karena itu jika mengalami gejala Covid-19 seperti demam, batuk, tak enak badan dan sebagainya, dr. Piprim menganjurkan agar segera tidur agar imun tubuh menjadi siaga.
“Kemudian berpuasa agar virus tidak bisa makan, karena menurut penelitian Covid 19 memerlukan glukosa atau gula sebagai makanannya, maka pentingnya upaya menghambat glukosa untuk menonaktifkan pertumbuhan virus,” ujarnya.
Puasa tersebut lanjutnya dilaksanakan hingga 16 sampai 20 jam, jika lapar maka dianjurkan hanya makan lauk yang mengandung protein seperti ikan, daging dan sebagainya.
Jangan memakan karbohidrat seperti nasi, roti atau mie yang dapat berubah jadi glukosa yang menjadi makanan virus Covid-19.
Setelah 2-3 hari, akan timbul recovery dengan meningkatnya nafsu makan, dianjurkan tetap tidak memakan makanan yang mengandung karbohidrat.
“Setelah 1-2 minggu menunggu hasil swab negatif atau tak ada gejala, baru makan seperti biasa,” jelasnya.
Lalu bagaimana praktisi kesehatan lainnya menanggapi kiat tersebut?
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banjar, dr. Diauddin pada Senin (3/8/2021) mengaku mengetahui, tapi belum mendengarkan secara utuh mengenai kiat tersebut.
“Tapi dari yang kita dengarkan mengenai menghindari gula dan makanan karbohidrat itu hal umum dan memang gaya hidup sehat dan dianjurkan. Juga puasa bagus untuk meningkatkan imun tubuh,” terangnya.
Dengan berpuasa kata dr. Diauddin, tubuh bisa berfokus untuk membentuk imun, sebaliknya jika tubuh tak berpuasa, maka energi dari tubuh akan habis digunakan untuk mencerna makanan.
Namun lanjutnya, tak semua kondisi mengharuskan orang yang terkena Covid-19 untuk berpuasa.
“Sebenarnya kita lihat situasi dan kondisi orangnya seperti apa. Kalau misalnya memang kekurangan gizi dan vitamin ya harus tetap makan makanan yang bergizi. Kecuali jika tubuh memang fit dan masih kuat, lebih bagus untuk berpuasa agar tingkatkan imun,” jelas dr. Diauddin.