TERAS7.COM – Kasus dugaan penganiayaan terhadap anak asuh oleh pengelola Panti Asuhan Griya Yatim Dhuafa Kota Banjarbaru, belakangan ini turut menghebohkan publik.
Pasalnya, sebanyak 6 anak asuh di Panti Asuhan Griya Yatim Dhuafa yang berlokasi di Jalan Pangeran Suriansyah Ujung Kelurahan Komet ini, diduga menjadi korban penganiayaan oleh pengelolanya sendiri.
Buntut dari kasus ini, Panti Asuhan Griya Yatim Dhuafa terpaksa harus disegel dan dihentikan aktifitasnya oleh Pemerintah Kota Banjarbaru, dan terduga pelaku sekarang tengah diperiksa oleh kepolisian setempat.
Terkait kasus ini, Lurah Mentaos Zulhulaifah mengatakan, dirinya bersama perangkat kelurahan, dalam setahun ini sudah 2 kali melakukan monitoring ke panti asuhan yang berada di wilayahnya tersebut.
Dalam kunjungan monitoring itu, Lurah Mentaos mengaku mendapatkan sambutan yang hangat dari pengelola Panti Asuhan Griya Yatim Dhuafa Banjarbaru.
Akan tetapi, sambutan hangat dari pengelola ini berbanding terbalik dengan laporan dari masyarakat sekitar terkait adanya penganiayaan yang terjadi di panti asuhan tersebut.
“Kurang lebih satu tahun saya disini, kami bersama perangkat kelurahan memang memonitor, ada 2 kali kunjungan kesana, dan disambut dengan baik, tetapi kenyatannya ada laporan dari masyarakat sekitar tentang penganiayaan yang terjadi,” ujarnya. Jumat (13/01/2023).
Waktu pertama kali ke panti asuhan tersebut, Lurah Mentaos mengaku dirinya saat itu mencoba berkomunikasi dengan para anak asuh yang ada di tempat tersebut.
Saat mencoba berkomunikasi, bukannya canda tawa yang dilihatnya, melainkan sikap takut berkomunikasi dengan orang lain, seolah-olah ada tekanan dan ketakutan yang dirasakan oleh anak asuh di panti asuhan tersebut.
“Pertama saya kesana, coba berkomunikasi sama anak panti memang mereka banyak diamnya, banyak tidak nyahut, kaya seolah-olah mereka dalam tekanan, dan ketakutan,” ucapnya.
Lanjut Lurah Mentaos, saat itu para anak asuh yang ditanyainya, hanya menjawab dengan singkat, dan terkesan berulang-ulang, seolah tidak berani berbicara banyak.
“Saat saya nanya ‘sudah makan apa belum nak?‘, katanya ‘puasa’, terus saya tanya ‘sudah dikasih makan sahur apa nggak?, dikasih susu apa nggak’, katanya ‘nggak’, jadi jawaban mereka itu-itu aja,” terangnya.
Lebih parahnya lagi, menurut penglihatannya saat itu, kondisi mental dan fisik anak asuh yang ada di panti asuhan tersebut, tampak seperti sangat memprihatinkan.
“Saat itu saya lihat kondisi anak, dari segi mental kelihatan tertekan karena tidak banyak ngomong, dari segi kesehatan pun juga terlihat, karena seperti kurang gizi,” ungkapnya.
Adapun untuk saat ini, anak panti yang menjadi korban dugaan penganiayaan oleh pengelolanya sendiri tersebut, sudah dipindahkan ke panti asuhan lain di daerah Banjarbaru, guna mendapatkan tempat aman dan perlindungan.
Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBPMP2A) Kota Banjarbaru, Sri Lailana.
“Anak-anaknya kami pindahkan ke Panti Asuhan lain yang masih di Daerah Kota Banjarbaru, untuk mendapatkan tempat perlindungan yang aman, yang tidak bisa kami sebutkan nama panti asuhannya,” tandasnya.