TERAS7.COM – Komplek Makam Sultan Suriansyah yang merupakan tempat cagar budaya di Kalimantan Selatan menjadi bukti sejarah berdirinya Kerajaan Banjar dan masih dikunjungi masyarakat banjar.
Makam Sultan Suriansyah ini terletak di Kelurahan Kuin Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin.
Sultan Suriansyah merupakan raja Kerajaan Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Sewaktu kecil namanya adalah Raden Samudera, setelah diangkat menjadi raja namanya menjadi Pangeran Samudera dan setelah memeluk Islam namanya menjadi Sultan Suriansyah. Gelar lainnya adalah Panembahan atau Susuhunan Batu Habang.
Berdasarkan sejarah Sultan Suriansyah memeluk agama Islam di bantu oleh Khatib Dayan.
Pada tahun 1521 datanglah seorang tokoh ulama besar dari Kerajaan Demak bernama Khatib Dayan ke Banjar Masih untuk mengislamkan Raden Samudera beserta sejumlah kerabat istana, sesuai dengan janji semasa pertentangan antara Kerajaan Negara Daha dengan Kerajaan Banjar Masih.
Khatib Dayan merupakan keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon, Jawa Barat. Ia menyampaikan syiar-syiar Islam dengan kitab pegangan Surat Layang Kalimah Sada di dalam bahasa Jawa. Ia seorang ulama dan pahlawan yang telah mengembangkan dan menyebarkan agama Islam di Kerajaan Banjar sampai akhir hayatnya.
Dikutip dari kesultananbanjar.id hikayat singkat Sultan Suriansyah asal muasal nama beliau yang mana nama asli Sultan Suriansyah adalah Raga Samudra, ada pula yang menyebutnya Raden Samudra. Ayahnya bernama Raden Mantri Alu (ada yang menyebutnya Mantri Jaya) bin Raden Bengawan. Ibunya bernama Putri Galuh Baranakan (ada yang menyebutnya Putri Intan Sari), anak Maharaja Sukarama. Sukarama adalah Raja Banjar Hindu ke-5 (Negara Dipa dan Negara Daha).
Ada riwayat mengatakan, Pangeran Samudra adalah seorang yang yatim piatu, karena ayah dan ibunya sudah meninggal dunia sewaktu masih kecil, sehingga ia dipelihara oleh kakeknya Pangeran Sukarama. Statusnya sebagai anak yatim piatu membuat Pangeran Sukarama mengasuhnya dengan penuh kasih sayang, ada kemungkinan lebih sayang daripada anak dan cucunya yang lain.
Karena keadaan ini maka keselamatan Pangeran Samudra berada dalam bahaya. Arya Taranggana, putra Tumenggung Arya Megatsari yang menjadi Patih Negara Daha menggantikan Patih Lambung Mangkurat, membaca gelagat tidak baik di lingkungan istana.
Arya Taranggana memang dikenal sebagai orang yang cerdas, banyak ilmunya dan tajam pikirannya. Karena itu ia berusaha menyelamatkan Pangeran Samudra, dengan menyuruhnya meninggalkan istana. Pangeran Samudra kecil dihanyutkan di sungai Nagara yang bermuara ke Banjarmasin.
Jadi, Pangeran Samudra sudah menjadi orang buangan atau pelarian sejak berusia tujuh tahun, sehingga ia disebut sebagai “Putra Mahkota yang Terbuang”.
Saat hidup terlunta-lunta di Muara Kuin, ada yang mengistilahkannya dengan “Anak Nelayan yang Misterius”, sebab sehari-hari pekerjaannya mencari ikan, tanpa diketahui berasal dari mana dan siapa kedua orangtuanya.
Menurut Sultan Khairul Saleh, Pangeran Samudra dalam pelariannya dipelihara dan sempat dijadikan anak angkat oleh Patih Darta Suta, seorang tokoh masyarakat Bakumpai.
Namun ada pula riwayat mengatakan, Pangeran Samudra tidak yatim piatu, tetapi hanya yatim, karena ayahnya menghilang. Sedangkan ibunya Ratu Intan Sari masih hidup dan ikut masuk Islam ketika Sultan Suriansyah bersama keluarga masuk Islam.
Terbukti di Kompleks Pemakaman Sultan Suriansyah juga ada batu nisan atas nama Ratu Intan Sari. Ibunya itulah yang memintanya untuk meninggalkan istana Negara Daha guna menghindari marabahaya.
Adapun salah satu pengunjung Muhammad berasal dari Banjarbaru Jumat(15/10), menyempatkan berziarah ke Makam Sultan Suriansyah karena ada hajat untuk berkunjung dan membaca doa ziarah.
“Sudah lama tidak berkunjung kesini, jadi mumpung ada kesempatan dan umur masih ada. Alhamdulillah bisa sampai ke makam Raja Banjar Sultan Suriansyah,”ungkapnya.
Dilingkungan Komplek Makam Sultan Suriansyah ada juga makam-makam lainnya yaitu :
1. Makam Ratu Intan Sari
2. Makam Sultan Rahmatullah Raja Banjar ke-2
3. Makam Sultan Hidayatullah, Raja Banjar ke-3,
4. Makam Khatib Dayan
5. Makam Patih Kuin
6. Makam Patih Masih
7. Makam Senopati Antakusuma
8. Makam Syekh Abdul Malik
9. Makam Pangeran Ahmad
10. Makam Pangeran Muhammad
11. Makam Sayyid Ahmad Iderus
12. Makam Gusti Muhammad Arsyad
13. Makam Kiai Datu Bukasim.