TERAS7.COM – Hari Kemanusiaan Sedunia (World Humanitarian Day) yang jatuh pada tanggal 19 Agustus ini diperingati sebagai hari untuk tenaga kemanusiaan diseluruh dunia yang bekerja memberikan bantuan kemanusiaan, baik akibat bencana alam, perang hingga bencana kesehatan.
Pertama kali di peringati pada tahun 2009, sejak ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengenang para tenaga kemanusiaan yang berani bertaruh nyawa untuk memberikan bantuan kemanusiaa dan pada Rabu (19/8/2020) ini merupakan peringatan ke sebelas Hari Kemanusiaan Sedunia.
Di Indonesia sendiri ada cukup banyak tenaga kemanusiaan yang siap sedia untuk memberikan bantuan kemanusiaan pada saat darurat, baik dalam bentuk organisasi dibawah pemerintah maupun berbentuk organisasi sosial non profit.
Salah satu pejuang kemanusiaan tersebut adalah Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang merupakan barisan relawan sosial yang berasal dari masyarakat dan memiliki kepedulian serta aktif dalam penanggulangan bencana bidang perlindungan sosial.
Tagana sendiri dibentuk pada tahun 2002 menyikapi rancangan bangun sistem penanggulangan bencana berbasis masyarakat dan sekarang organisasi relawan yang di organisir Pemerintah melalui Kementerian Sosial ini sudah berkembang ke seluruh Indonesia, tak terkecuali di Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan.
Ketua Forum Tagana Kabupateb Banjar, Suhada mengungkapkan Tagana sendiri merupakan kumpulan relawan yang terlatih dan siap setiap saat untuk memberikan bantuan kemanusiaan pada bencana, misalnya banjir, longsor, kebakaran, puting beliung dan sebagainya.
“Di Kalsel sendiri dibentuk pada tahun 2005 pasca kejadian bencana Gempa dan Tsunami di Aceh pada tahun 2004 silam. Awalnya relawan di rekrut dari pegawai negeri dari lintas instansi, saya sendiri dulu dari Dinas Pendidikan. Kemudian setelah 3 tahun, anggota Tagana direkrut dari berbagai profesi, termasuk dari BPK dan Orari. Sementara pegawai tidak boleh lagi menjadi relawan,” ujarnya.
Menjadi relawan dengan tugas dibidang kemanusiaan sendiri kata Suhada tidak mudah, apalagi relawan Tagana menjadi ujung tombak dan garda terdepan saat terjadi bencana.
“Minimal 1 jam setelah terjadi bencana, relawan kami sudah harus ada di tempat untuk memantau lokasi bencana dan melakukan pendataan untuk memberikan laporan. Apabila ternyata bencana tersebut berskala besar, maka kami yang biasanya ditugaskan untuk membangun Dapur Umum, sesuai dengan spesialisasi kami,” bebernya.
Bahkan ketika sedang libur di rumah bersama keluarga, ketika ada panggilan maka relawan Tagana akan langsung berangkat meninggalkan keluarga untuk menjalankan tugas sosial kemanusiaan.
“Bahkan ketika makan, kami wajib meninggalkan makanan yang ada di depan kami demi berangkat menuju lokasi bencana. Hal ini sudah menjadi perjanjian kami ketika pertama kali menjadi relawan Tagana, kami mengutamakan untuk menolong orang orang yang sedang mengalami bencana diatas kepentingan keluarga. Menjadi relawan Tagana sendiri tidak ada pensiun dan seumur hidup selama masih bersedia untuk menjadi relawan, kecuali kita mengundurkan diri,” ungkap Suhada.
Relawan Tagana di Kabupaten Banjar sendiri lanjutnya berjumlah lebih dari 70 orang dan berasal dari berbagai profesi, mulai dari buruh lepas sampai tukang becak, namun memiliki beragam keahlian dan spesialisasi masing-masing.
“Untuk menjadi relawan Tagana harus diusulkan dulu oleh Dinas Sosial ketika ada program penerimaan. Untuk menjadi relawan juga harus menenuhi berbagai persyaratan seperti kesehatan dan lainnya. Kemudian akan mengikuti Diklat Tagana di pusat, latihannya sendiri semi militer mulai dari berguling-guling di lumpur sampai outbound untuk melatih kekompakan, disiplin dan kebersamaan. Setelah mengikuti diklat maka akan mendapatkan sertifikat dan memiliki nomor induk anggota Tagana dari Kementerian Sosial. Baru nanti ada pembekalan tambahan seperti psikologi, shelter, dapur umum, pendamping sosial dan lain-lain. Jadi kalau kami bertugas, masing-masing relawan sudah siap dengan tugas dan spesialisasi masing-masing,” jelasnya.
Sebagai relawan yang bekerja untuk membantu sesama atas dasar kemanusiaan, Suhada mengungkapkan pada dasarnya mereka tidak mengharapkan imbalan saat menjadi relawan Tagana.
“Namun Pemerintah Pusat melalui Kementerian Sosial memberikan kami insentif setiap bulan sebesar 250 ribu rupiah, namun pembayarannya tidak dilakukan setiap bulan, tapi setiap triwulan. Kemudian Pemkab Banjar juga memberikan insentif sebesar 150 ribu rupiah perbulan, biasanya dibayarkan setiap 2-4 bulan sekali,” terangnya.
Walaupun insentif yang diberikan oleh pemerintah jauh dari kata layak, namun bukan insentif yang membuat mereka bertahan menjadi relawan Tagana.
“Tapi kita bertahan karena panggilan hati sebagai relawan, jadi kita tak mengharapkan bayaran, walaupun hal ini sering menjadi gejolak di relawan Tagana di daerah lain karena kecemburuan. Ini diakibatkan masing-masing daerah memiliki perbedaaan kebijakan, ada yang memberi insentif ada yang tidak, nilainya pun tidak seragam sesuai dengan kemampuan daerah masing-masing. Kalau menjadi Tagana kita berharap mendapatkan kesejahteraan, itu omong kosong. Sebagai relawan kita kalau diberikan penghargaan kita bersyukur, kalau tidak pun tak apa, malahan sering kali kita keluar ongkos pribadi,” bebernya.
Suhada berharap seluruh relawan Tagana, terutama yang berada di Kabupaten Banjar dapat disehatkan selalu sehingga bisa siap siaga melaksanakan tugas kemanusiaan.
“Harapan ke depan yang paling utama adalah kami selalu disehatkan sehingga selalu bisa eksis dan berada di garis terdepan untuk memberikan bantuan kalau ada bencana,” ucap pensiunan ASN Dinsos Banjar ini.
Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Banjar, Nursafiullah mengungkapkan Tagana di Kabupaten Banjar merupakan salah satu Tagana terbaik di Kalimantan.
“Pernah dalam suatu lomba Tagana se Kalimantan, relawan Tanaga dari Kabupaten Banjar meraih juara dalam bidang Dapur Umun. Karena itu Tagana Kabupaten Banjar terkenal sebagai relawan Tagana terbaik di Kalimantan dengan spesialisasi Dapur Umum. Bahkan saat terjadi banjir di Banjarbaru, kita memberikan bantuan dengan membuka Dapur Umum bagi masyarakat yang terdampak banjir,” ungkapnya.
Nursafiullah berharap relawan Tagana Kabupaten Banjar yang berada di bawah bimbingannya dapat terus solid, selalu siap siaga dan terdepan dalam memberikan bantuan kemanusiaan.