TERAS7.COM – Menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi pada dasarnya tidak mudah, selain biaya yang bisa dikatakan cukup besar, tinggal jauh dari orang tua pun harus dilakoni para mahasiswa.
Hal ini terjadi karena tidak semua daerah memiliki Perguruan Tinggi, kalau pun ada biasanya lebih banyak di ibukota provinsi, hal ini membuat mahasiswa harus rela hidup sendiri di perantauan.
Tak semua mahasiswa yang menuntut ilmu itu memiliki kemampuan finansial, cukup banyak diantara mereka yang hanya memiliki biaya seadanya untuk menyambung hidup.
Banyak dari mereka tidak mampu untuk tinggal di tempat kos tersendiri dengan fasilitas yang memadai, sehingga harus tinggal di asrama mahasiswa milik Pemerintah Daerah untuk meringankan biaya hidup mereka.
Di Kota Banjarmasin yang memiliki cukup banyak Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, ada banyak asrama mahasiswa yang menjadi aset pemerintah daerah tempat asal mahasiswa tersebut, tak terkecuali Kabupaten Banjar.
Di Kota Seribu Sungai ini, Pemkab Banjar tercatat memiliki satu unit Asrama Mahasiswa yang digunakan sebagai asrama bagi para mahasiswi, sedangkan bagi para mahasiswa ditempatkan di Asrama Mahasiswa yang sampai sekarang statusnya sewa.
Asrama Mahasiswa yang menjadi aset Pemkab Banjar ini bernama Asrama Puteri Bumi Barakat Kabupaten Banjar, terletak di Jalan Bawang Putih No. 52 RT. 31 Kelurahan Kuripan, Banjarmasin Timur, tak jauh dari Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin.
Teras7.com berkesempatan untuk berkunjung ke asrama tersebut pada Minggu (23/6) didampingi oleh Ketua Umum Forum Komunikasi Mahasiswa Kabupaten Banjar (FKMKB), Mahrani Ahmad.
Bangunan asrama tersebut merupakan rumah yang berdiri diatas lahan tanah rawa-rawa berukuran panjang kurang lebih 15 meter dan lebar kurang lebih 20 meter.
Kondisi bangunan sendiri secara umum cukup terawat, tapi ada beberapa bagian yang rusak seperti beberapa bagian plafon, pintu kamar mandi dan kedudukan lampu listrik yang tidak bisa lagi berfungsi serta satu pintu rumah yang tidak bisa dibuka.
Bahkan pada bagian tangga menuju lantai atas ada bagian kayu penyangganya yang patah, membuat para penghuninya harus berhati-hati menginjakkan kaki saat menuju lantai atas.
Sementara di bagian dapur, lantainya yang terbuat dari kayu cukup rendah dan tersusun renggang serta mulai rapuh pun membuat penghuni asrama cemas, mereka takut ada hewan buas seperti ular yang naik ke lantai dapur, juga seringnya banjir dibagian dapur tersebut ketika terjadi hujan deras.
Ketua Asrama, Laila Hasanah yang sudah tinggal di asrama tersebut selama 1 tahun mengatakan ada sekitar 20 orang mahasiswi yang tinggal di asrama tersebut.
“Rata-rata yang tinggal disini merupakan mahasiswi yang ekonominya menengah ke bawah. Jadi untuk fasilitas rumah kami tidak bayar lagi, cuma fasilitas air leding dan listrik saya yang bayar bersama-sama. Kalau ada yang tidak bisa bayar kami tidak paksakan bayar,” katanya.
Laila menambahkan tinggal di asrama ini cukup nyaman, tetapi jika terjadi kerusakan mereka tak mampu untuk memperbaiki kerusakan tersebut karena keterbatasan dana.
“Seperti kerusakan pintu rumah yang tak bisa dibuka, jadi kami cuma bisa menggunakan pintu samping saja. Karena tak ada dana, jadi kami pernah mengajukan proposal ke pemerintah, tapi kurang ada tanggapan dari mereka. Pernah juga ada kunjungan dari salah satu dinas, tapi cuma datang saja, tak ada tindakan. Jadi kami berharap ada perhatian dari pemerintah,” ujarnya.
Tidak ada bantuan untuk renovasi asrama yang merupakan aset dari Pemkab Banjar pun dibenarkan pula oleh Ketua FKMKB, Mahrani Ahmad.
Bahkan para mahasiswi penghuni asrama dan pengurus FKMKB pun harus merogoh kocek pribadi untuk memperbaiki beberapa bagian yang mengalami kerusakan.
“Kami mencoba memperbaiki semampu kami, karena selama ini belum ada bantuan sama sekali dari Pemkab Banjar. Beberapa bagian seperti lantai sudah mulai rapuh dan sulit diinjak, bahkan bisa roboh sewaktu-waktu. Beberapa bagian atap pun mulai bocor sedikit demi sedikit. Jadi kami harap ada perhatian dari Pemkab Banjar karena ini aset milik mereka juga,” ungkap Mahrani Ahmad.
Asrama ini sendiri ujarnya merupakan rumah yang dibeli oleh Pemkab Banjar pada masa pemerintahan Bupati Banjar, Pangeran H. Khairul Saleh pada tahun 2011, yang kemudian dihibahkan untuk kepentingan mahasiswa yang sedang menuntut ilmu.
“Karena tak ada bantuan sama sekali, jadi kami sering mengumpulkan uang untuk memperbaiki sebisa kami seperti beli paku dan cat, yang sifatnya cuma perbaikan sementara. Terakhir seperti pintu rumah, kami coba perbaiki, tapi ternyata pintunya harus diganti, tapi kekurangan dana terpaksa kami tak fungsikan lagi. Selama ini kami hanya menggunakan uang pribadi kami, tak ada bantuan sama sekali dari Pemkab Banjar,” terang Mahrani Ahmad.
Saat Teras7.com mencoba mengkonfirmasi mengenai status aset milik Pemkab Banjar dan pengelolaannya ini ke Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Banjar pada Senin (24/6), pejabat terkait di instansi tersebut sedang tidak berada di tempat.
“Bapak Kepala BPKAD hari ini sedang ke luar daerah mendampingi pak Sekda, sedangkan Kabid Pengelolaan Asetnya sedang mengikuti Bimtek. Coba datang lagi beberapa hari lagi,” kata petugas resepsionis BPKAD Kabupaten Banjar.