TERAS7.COM – Kabupaten Banjar dikenal sebagai lumbung pangan di Kalimantan Selatan yang memiliki slogan ‘Kindai Limpuar’ dan menjadi salah satu pilot project program Serasi (Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani) dari Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mewujudkan Indonesia menuju Lumbung Pangan Dunia 2045.
Program Serasi merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk memanfaatkan rawa-rawa yang merupakan lahan tidur menjadi lahan produktif dengan membuka sawah di lahan rawa, baik rawa lebak maupun rawa pasang surut.
Pada tahun 2018, program Serasi diimplementasikan di lahan seluas 200 Hektar di Tajau Landung dan pada tahun 2019, Kabupaten Banjar mendapatkan target alokasi kegiatan Serasi seluan 40.000 Hektar yang tersebar di 13 Kecamatan.
Untuk menyukseskan program Serasi di Kabupaten Banjar, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Kabupaten Banjar mengundang perwakilan ratusan kelompok petani dalam pembukaan sosialisasi program Serasi di Kantor Dinas TPH Kabupaten Banjar, Desa Tungkaran, Martapura pada Sabtu (13/4).
Pembukaan Sosialisasi Program Serasi ini dibuka oleh Bupati Banjar H. Khalilurrahman ini dihadiri oleh Kepala Dinas TPH Provinsi Kalsel Syamsyir Rahman, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Banjar Iqbal Khalillurrahman, Kepala Dinas TPH Kabupaten Banjar M. Fachri dan Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Dondit Bekti.
M. Fachri menjelaskan pada awal media, alokasi program Serasi tahun 2019 seluas 40.000 hektar di Kabupaten Banjar ini akan dilaksanakan oleh 774 Kelompok Tani dari 167 desa yang tersebar di 13 kecamatan.
“Tak hanya perwakilan tani, camat dan penyuluh pertaniannya kami undang untuk melakukan mensosialisasikan program Serasi yang akan diimplementasikan tahun ini,” ungkapnya.
Serasi sendiri ujar M. Fachri pada dasarnya merupakan perbaikan infrastruktur di lahan rawa yang terkendala pengaturan tata air, dimana saat musim hujan banjir dan pada musim kemarau kering.
“Karena inti program ini merupakan perbaikan infrastruktur di lahan rawa berupa perbaikan tanggul, saluran air, jalan usaha tani dan pintu air. Tujuannya agar lahan rawa bisa ditanami sebanyak 2 kali setahun, baik dengan bibit unggul maupun bibit padi lokal,” jelasnya.
Dana untuk implementasi program ini jelas M. Fachri akan ditransfer ke rekening Unit Pengelola Keuangan Kelompok (UPKK) yang dibentuk Gapoktan, dimana jumlah dana yang dialokasikan sekitar 4,3 juta rupiah perhektar.
“Kalau di total dengan luas lahan Serasi seluas 40.000 hektar, maka Kementan akan mengalokasikan sekitar 170 miliar rupiah lebih untuk program ini,” terang
Kepala Dinas TPH Kabupaten Banjar ini berharap dukungan semua pihak untuk menyukseskan program ini, diantaranya penyuluh pertanian, Babinsa dan Koramil untuk mengawasi penggunaan dana untuk program ini.
“Jangan sampai ada pembagian dana tak sesuai keperluan. Karena pengalokasian dananya sudah disusun oleh konsultan dan harus dikerjakan. Kami juga berharap petani sendiri harus mendukung program ini secara swadaya, karena jika menggunakan dana yang ada tidak akan maksimal,” pintanya.
Senada dengan M. Fachri, Kepala Dinas TPH Provinsi Kalsel, Syamsyir Rahman juga meminta agar penggunaan dana untuk program Serasi ini diawasi oleh Babinda, Koramil, Kepala Desa dan Penyuluh Pertanian.
“Dananya harus digunakan sebaik-baiknya karena ini menjadi pertanggungjawaban saya sebagai pelaksana program ini. Saya yang akan diperiksa oleh BPK RI dan Inspektorat Jenderal jika ada penyimpangan. Apalagi Kalsel menjadi dua daerah yang menjadi pelaksana program Serasi selain Sumatera Selatan. Kabupaten Banjar menjadi wilayah yang diprioritaskan untuk pelaksanaan program ini. Tentu saja ini akan menjadi perhatian banyak pihak,” kata Syamsyir Rahman.