TERAS7.COM – Netizen di seluruh dunia sempat dibuat gaduh video berdurasi 30 menit yang dibuat oleh kelompok yang mengatasnamakan Aliansi Dokter Dunia di Eropa belum lama ini.
Tujuh dokter yang mewakili Jerman, Belanda, Swedia, Irlandia, dan Inggris itu mengklaim virus corona SARS-CoV-2 merupakan virus flu biasa dan mengatakan pandemi Covid-19 tidak ada.
Bahkan kelompok ini menyerukan agar lockdown di seluruh dunia yang bertujuan untuk mencegah penyebaran virus corona harus diakhiri.
Namun klaim dari kelompok ini dibantah berbagai kalangan medis, bahkan video klain tersebut telah dihapus dari YouTube, bahkan video tersebut yang beredar di berbagai platform sosial media sudah dilabeli sebagai hoax dan misinformasi.
Dikutip dari VOA Indonesia, pernyataan Aliansi Dokter Dunia termasuk Misinformasi ini dikonfirmasi oleh Jubir Satgas Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito.
Wiku menegaskan pernyataan Aliansi Dokter Dunia yang menyebutkan Covid-19 sama dengan flu biasa adalah misinformasi.
“Terdapat tiga bentuk misinformasi terkait Covid-19. Pertama adalah misinformasi terhadap keyakinan yang bersifat umum, kedua adalah keyakinan terhadap teori konspirasi, dan yang ketiga adalah keyakinan dari agama,” kata Wiku.
Menurutnya, pernyataan menyamakan Covid-19 dengan influenza merupakan informasi yang tidak benar karena penyebab dinamika transmisi dan akibat dari kedua penyakit ini sangat berbeda.
Karena itu Wiku mengimbau masyarakat untuk memperoleh informasi terkait Covid-19 dari lembaga dunia yang terpercaya.
“Oleh karena itu, masyarakat harus mengevaluasi kredibilitas informasi yang diterima serta merujuk informasi tentang Covid-19 pada lembaga yang dapat dipercaya. Seperti Badan Kesehatan Dunia atau WHO, PBB, Centers for Disease Control and Prevention atau CDC dan khusus di Indonesia tentunya sumber terpercaya diperoleh dari Kementerian Kesehatan dan Satgas Penanganan Covid-19,” jelasnya.
Demikian pula dengan Dokter Umum, dr. Yusdani via Whatsapp pada Kamis (29/10) yang menyebutkan pernyataan Aliansi Kedokteran Dunia ini tingkat keilmiahannya masih sangat lemah.
“Karena dalam dunia kedokteran, kaidah keilmuan harus melihat piramida level of evidence. Ini yang menjadi konsen sebenarnya, karena banyak masyarakat yang asing dengan istilah ini. Pada piramida tersebut, level terbawah adalah expert opinions (pendapat para ahli) dan yang tertinggi adalah meta analysis. Semakin tinggi posisinya maka semakin kuat datanya dan dapat dipertanggungjawabkan, serta memiliki nilai bias yang sedikit,” jelas Dokter yang berdomisili di Kota Martapura, Kabupaten Banjar ini.
Pada video tersebut lanjut Yusdani, level yang disampaikan masih sebatas expert opinions, karena hal tersebut hanya sebatas opini para ahli tanpa ada data yang memperkuat, misalnya seperti jurnal penelitian.
Yusdani memberikan tips-tips untuk menggali informasi, jika informasi serupa muncul kembali dan membuat kegaduhan di masyarakat.
“Pertama cari tahu siapa orangnya, kemudian apakah profesinya sudah seusai dengan apa yang disampaikan, dan terakhir apakah ada data yang dapat dipertanggungjawabkan atau kredibel saat penyampaian hal tersebut misalnya jurnal penelitian,” terangnya.