TERAS7.COM – Sejumlah masyarakat serta petugas Polri dan TNI melakukan upaya pemadaman kebakaran, dengan melibatkan sejumlah armada pendukung seperti Satpol-PP, BPBD, relawan Damkar, dan perusahaan.
Kejadian ini, berawal ketika Tim Gabungan Karhutla Barito Kuala (Batola) melaksanakan patroli gabungan serta penyisiran daerah rawan bencana kebakaran.
Di tengah perjalanan, melalui aplikasi lancang kuning termonitor hotspot di titik kordinat 2 derajat 58’ 45” LS dan 114 derajat 45’ 53” di lahan persawahan dan hutan di Desa Karya Baru Kecamatan Marabahan
Tim yang mengetahui itu dengan didukung peralatan secara sigap mendatangi lokasi untuk melakukan pemadaman. Para petugas yang bergerak terampil akhirnya berhasil menjinakan api yang tadinya berkobar hebat.
Begitulah skenario yang disusun Polres Batola saat menggelar simulasi terpadu dalam penanganan karhutla di halaman Kantor DPRD Batola Jalan Jenderal Sudirman Kompleks Perkantoran Marabahan.
Sebelum simulasi, terlebih dahulu digelar Apel Kesiapsiagaan Karhutla yang dipimpin Wakil Bupati Batola H Rahmadian Noor didampingi Kapolres Batola AKBP Lalu Mohamad Syahir Arif SIK MH dan Dandim 1005 Marabahan diwakili Pasi Ops Kodim 1005/Mrb Kapten M Aziz.
Apel yang juga dihadiri Ketua DPRD Batola Saleh, Ketua PN Marabahan Yohanes Purnomo Suryo Adi SH MHum, para Kabag Polres Batola, para Kapolsek dan jajaran Polres Batola, Kasatpol-PP/Damkar M Anjar Wijaya, Kalak BPBD Sumarno ini juga berisi amanat dari Wakil Bupati H Rahmadian Noor.
Dalam amanatnya, Rahmadi menilai, Apel Kesiapan dan Simulasi Karhutla sangat penting sebagai bekal persiapan sekaligus bahan evaluasi dalam rangka menghadapi kemungkinan terjadinya bencana maupun karhutla. Lebih-lebih di Batola sendiri hampir setiap tahun karhutla melanda beberapa wilayah.
Pada apel yang diikuti sejumlah pasukan seperti dari Kodim 1005 Marabahan, Polres Batola, Satpol-PP, Damkar, BPBD, dan Gabungan BPK ini wabup menjelaskan, kebakaran hutan atau lahan bukan hanya disebabkan gejala alam dengan timbulnya titik-titik hotspot pada musim kemarau melainkan sebagian disebabkan perilaku masyarakat yang membuka dan membersihkan lahan dengan cara membakar yang sangat rentan menimbulkan kebakaran hutan dan lahan.
Untuk itu ia mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan serta mengubah perilaku pembakaran baik pada saat membuka maupun membersihkan lahan.