TERAS7.COM – Meski sempat terpuruk akibat merebaknya Pandemi Covid-19, namun tidak menyurutkan Aspiannor (31) pemuda asal Desa Amparaya, Kecamatan Simpur, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) untuk tetap menekuni usaha sampingannya yakni berternak bebek petelur, Selasa (17/11).
Dimana sejak awal Maret lalu, dirinya sempat mengalami kesulitan lantaran harga jual telur bebek dipasaran anjlok hingga mencapai Rp 1.500 per butir yang mengakibatkan dirinya merugi.
Bahkan pemuda yang juga berprofesi sebagai guru honorer itu pun mengaku sempat kewalahan karena harus menutupi biaya pakan akibat turunnya harga telur bebek tersebut.
Untuk mengantisipasi kebangkrutan, Aspiannor terpaksa harus putar otak dengan cara mengubah cara pemasaran produk telur bebek yang ia hasilkan agar dapat diterima konsumen ditengah masa sulit sekarang.
“Saat itu harga telur sangat anjlok, jadi terpaksa harus menjualnya dengan cara online agar telur yang ada dapat terjual dan mengurangi kerugian,” ucap Aspiannor saat ditemui di kediamannya.
Diterangkan lebih lanjut, selama awal pandemi Covid-19 pemuda yang sering disapa Aspi ini pun mengaku hasil yang didapat dari penjualan telur bebek tidak sebanding dengan jumlah modal yang dikeluarkan.
“Terkadang kemaren itu kita bisa tidak mendapatkan keuntungan, bahkan bisa dikatakan merugi karena modal untuk pakannya saja tidak mencukupi dari hasil penjualan,” terangnya.
Menurutnya saat mewabahnya pandemi Covid-19 tidak hanya dirinya yang mengalami keterpurukan, namun juga beberapa teman seprofesinya yang juga mengalami nasib sama bahkan hingga gulung tikar.
“Beruntung saya masih bisa bertahan, sedangkan peternak lainnya di Wilayah sini sudah banyak yang gulung tikar karena tidak mampu mengembalikan modal,” tambahnya.
Berkat kegigihan usaha dan semangat yang dilakukan ayah dua orang anak tersebut kini usaha yang digelutinya sejak tiga tahun terakhir ini pun masih bisa bertahan, bahkan kini dirinya sukses mengembangkan usahanya lebih baik.
Hal itu terbukti dengan banyaknya jumlah bebek yang kini dipeliharanya yakni berjumlah 700 ekor yang mampu menghasilkan 450 hingga 500 butir telur perharinya.
“Alhamdulillah berkat kesabaran, sekarang harga jual telur sudah mulai stabil, dimana harganya mencapai Rp 2.000 perbutirnya,” kata Aspiannor.
Kini telur bebek milik Aspiannor sudah mulai banyak diminati para pengepul yang pemasarannya tidak hanya di wilayah Kabupaten HSS saja, melainkan hingga ke kabupaten tetangga.
“Biasanya telur-telur ini langsung diambil oleh pengepul setiap satu Minggu sekali dan dijual mereka kembali ke beberapa wilayah seperti Banjar Baru, Martapura, Barabai dan di Kandangan sendiri,” pungkasnya.