TERAS7.COM – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Banjarbaru tengah menyoroti peristiwa Banjir yang terjadi di daerah Kecamatan Liang Anggang yang tidak pernah terjadi sebelumnya, dan wilayah kampung ikan di Kelurahan mentaos.
Apalagi banjir di Pengayuan Kelurahan Landasan Ulin Selatan memang agak berbeda dengan di daerah Cempaka dan Mentaos Kampung Ikan, dimana sampai sekarang banjir di sana belum kunjung surut.
Anggota DPRD Nurkhalis Anshari mengatakan, saat ini pihaknya berupaya untuk mencarikan solusi menanggulangi banjir di Kota Banjarbaru. Salah satu upaya itu ialah mencari jalan kesepakatan bersama Kabupaten tetangga yang berbatasan langsung dengan titik banjir.
Sehingga terjadi sinergitas antar Kabupaten untuk bisa mengatasi permasalahan banjir dikemudian hari.
“Kita akan mencoba melakukan lobi kepada Pemda dan DPRD Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Banjar untuk menuntaskan persoalan banjir ini,” ujarnya melalui via whatsApp, Senin (26/1).
Di Liang Anggang sendiri ia menerangkan, penyebab banjir terjadi lantaran di temukan adanya pendangkalan saluran Irigasi dan penyumbatan, sehingga tampungan air meluap ke jalan raya.
“Sampai sekarang air disana belum surut-surut, ini benar-benar harus dicarikan solusinya,” tegasnya.
Begitu pula di Kampung ikan yang merupakan kampung tematik dan menjadi satu dari destinasi wisata di Kota Banjarbaru tersebut ia menambahkan, harus secepatnya ada tindakan penerusan pembuatan siring lanjutan di Sungai Durian ke Sungai Breman di Sungai Sipai, Martapura oleh pihak Pemda Kabupaten Banjar.
Karena, musibah bencana banjir yang menimpa lebih dari 30 kolam pembudidaya ikan milik warga Mentaos mengalami kerugian ratusan juta rupiah.
“Kita Banjarbaru tahun kemarin sudah membuat siring untuk mencegah terjadi banjir di kawasan kampung ikan, tapi pembangunannya harus bersinergi dengan pemda Banjar,” jelas Nurkhalis.
“Ini yang harus kita lobi kepada pihak Pemda dan DPRD Banjar agar secepatnya ada tidakan. Supaya tahun depan tidak kembali terulang peristiwa yang sama,” akhirnya.
Selanjutnya Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR Kota Banjarbaru, Subrianto mengaku telah melakukan koordinasi dengan Bidang SDA Dinas PUPR Provinsi Kalsel dalam hal pengusulan mitigasi bencana banjir. Karena ada beberapa sarana dan prasarana di Kota Banjarbaru yang terdampak banjir.
“Pihak SDA provinsi bersedia membantu pengerjaannya tapi masih berupa usulan. Sambil menunggu anggaran dari mereka,” bebernya.
Melalui APBD, normalisasi sungai tetap menjadi prioritas utama pihaknya. Khususnya daerah buangan menuju Ujung Murung, Pumpung hingga ke Banyu Irang dan Sungai Maluka yang menjadi kewilayahan Balai Wilayah Sungai Kalimantan (BWSK) Wilayah II.
“Mungkin nanti BWSK akan berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi untuk membantu melakukan normaliasi bagian sungai-sungai besar. Kita pemko pun tetap menormaliasasi sungai yang masuk wilayah Banjarbaru menuju buangan air ke wilayah BWSK,” jelasnya.
Secara teknis Ia menerangkan, alasan banjir di wilayah Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru ditengarai antara tingginya curah hujan selama kurang dari sepekan dan naiknya muka air laut ke wilayah darat terjadi secara bersamaan.
Sehingga, air buangan yang seharusnya bisa mengalir menuju ke laut terpaksa tertahan di daerah rendah karena wilayah pesisir juga di penuhi oleh tinggi muka air laut.
“Yang di laut naik yang di darat turun, lalu terjadi gempuran antar air di Kecamatan Liang Anggang. Air itu awalnya datang dari Basung mengalir menuju daerah bangkal sampai ke sungai yang besar di jembatan Banyu Irang. Setelah itu air buangan dari banyu irang tadi mengarah ke wilayah Liang Anggang hingga ke laut,” paparnya.
“Sedangkan di bagian selatan air turun ke arah Pelaihari di Sungai Maluka juga langsung ke muara laut,” lanjutnya.
Selain itu, Ia pun aktif berkoordinasi dengan bidang SDA Dinas PUPR Kabupaten Banjar mengenai penyambungan siring di Sungai Durian Kampung Iwak menuju Sungai Breman Sungai Sipai Martapura.
Baginya, banjir yang merendam puluhan rumah warga dan pembudidaya ikan di Kampung Ikan Mentaos itu bukan hanya hasil dari imbas buangan air Kota Banjarbaru saja, tapi tingginya curah hujan berbenturan dengan meluapnya air Sungai Breman.
“Kejadian ini diluar perkiraan kita semua dan tidak pernah terjadi sebelumnya,” tutur Subrianto, Selasa (26/1).
“Padahal kolam-kolam milik pembudidaya setempat beberapa sudah ditinggikan, akan tetapi airnya malah lebih tinggi,” sambungnya.