TERAS7.COM – Munculnya pandemi Covid-19 di Kabupaten Banjar tak hanya menimbulkan kedaruratan di bidang kesehatan, tapi juga berdampak pada ekonomi.
Salah satu yang terdampak secara ekonomi akibat wabah dari Negeri Tirai Bambu ini adalah para budidaya ikan di Kabupaten Banjar.
Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Banjar, HM. Riza Dauly saat ditemui di ruang kerjanya pada Senin (8/6) mengungkapkan hal tersebut terjadi sejak penetapan status tanggap darurat Covid-19.
“Pembudidaya ikan mengalami dampak sejak penetapan status tanggap darurat dan pembatasan akses akibat pandemi Covid-19. Bahkan pada bulan maret dan april kemarin terjadi penurunan harga ikan yang cukup signifikan,” ujarnya.
Setelah usainya pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), para pembudidaya ikan kembali dapat bernafas lega.
“Setelah pelaksanaan PSBB akhirnya akses ke beberapa wilayah pemasaran seperti di Kaltim dan Kalsel sudah mulai dibuka, sehingga beberapa produk perikanan kita sudah bisa dipasarkan kembali,” katanya.
HM. Riza Dauly menambahkan stok ikan di Kabupaten Banjar masih cukup banyak, baik yang berukuran kecil maupun besar.
“Kemarin harga ditingkat pedagang sempat turun menjadi 14-14,5 ribu rupiah per kg, sekarang sudah bergeser ke 15-16 ribu rupiah per kg ikan patin, tergantung besar dan kecil. Di harga konsumen harga ikan patin sementara masih tetap stabil di harga 25 ribu per kg. Sementara untuk ikan nila sudah lebih dari 35 ribu per kg,” ungkapnya.
Menuju tahapan new normal ini, pembudidaya ikan kata HM. Riza Dauly sudah dapat beraktivitas seperti biasa, namun diberikan catatan untuk tetap menaati protokol kesehatan.
“Sebagai dampak dari apa yang dirasakan para pembudidaya, pemerintah mencoba untuk memberikan akses bantuan untuk modal usaha para pembudidaya yang terdampak. Alhamdulillah pemerintah provinsi memberikan bantuan, mudahan ke depan ada juga bantuan pakan bagi pembudidaya, karena pakan ikan menyedot 60% dari modal usaha budidaya ikan,” terangnya.