TERAS7.COM – Ulama Kharismatik asal Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Kalimantan Selatan, KH Muhammad Ridwan bin Tuan Guru Hasan Baseri dikabarkan meninggal dunia pada hari ini Rabu (11/8/2021).
Ulama yang akrab disapa Guru Kapuh ini meninggal dunia di umur 55 tahun, setelah sebelumnya dikabarkan sakit dan harus dilarikan ke RS Kandangan.
Dilansir dari situs gurukapuh.com, KH Muhammad Ridwan adalah pemimpin Majlis Taklim Al Hidayah di Desa Kapuh Kecamatan Simpur Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan ibukotanya Kandangan.
Guru Kapuh juga merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik asal Kalsel yakni, Al-Alimul al-Alamah al-Arif Billaah al-Bahrul Ulum al-Waliy Qutb as-Syekh al-Mukarram Maulana Kiai Haji Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari atau yang lebih akrab disapa Abah Guru Sekumpul.
Sebagaimana diketahui bahwa Abah Guru Sekumpul banyak memiliki murid-murid pilihan yang tersebar di berbagai daerah di Kalimantan Selatan, seperti alm. K.H Ahmad Bakeri Gambut, K.H. Asmuni Danau Panggang, K.H. Bahran Jamil Barabai, K.H. Ahmad Juhdiannor Banjarmasin dan termasuk juga Guru Kapuh dari Kandangan.
Setelah wafatnya Abah Guru Sekumpul pada 10 Agustus 2005, murid-murid beliau yang tersebar diberbagai daerah di Kalsel mulai membuka pengajian tampil ke tengah masyarakat meneruskan perjuangan dakwah Sang Guru untuk memberikan pencerahan kepada umat dengan membuka majelis taklim atau pengajian di tempat masing-masing.
Seperti Guru Kapuh yang memulai perjuangan dakwahnya pada tahun 2005 di Kandangan. Awalnya ia mengisi pengajian di beberapa tempat baik langgar/mushalla dan tempat-tempatlainya, tapi hanya untuk kalangan terbatas jama’ah langgar/mushalla tersebut.
Kemudian, Guru Kapuh memutuskan untuk membuka pengajian yang terfokus di satu tempat yaitu di Masjid Al-Hidayah Desa Kapuhdan ia pun berhenti mengisi pengajian-pengajian kecil di seluruh langgar (mushalla) yang ada di Hulu Sungai Selatan.
Secara otomatis seluruh pengajian yang sebelumnya ia datangi di beberapa tempat menyatu di Masjid Al-Hidayah. Sehingga pengajian yang ia adakan menjadi semarak dan Majelis Taklim tersebut diberi nama Al-Hidayah sesuai nama masjid tempat pengajian berlangsung.
Sejak tahun 2005 hingga sekarang di Majelis Taklim Al-Hidayah telah menamatkan beberapa kitab yang sebagian besar berisi ajaran tasawuf dan sudah pernah diajarkan di pengajian Guru Sekumpul Martapura.
Karena menurut KH Muhammad Ridwan Baseri, tujuan membuka Majelis Taklim Al-Hidayah ini hanya untuk mengulang dan melanjutkan pengajian di Sekumpul.
Sedangkan untuk saat ini kitab yang diajarkan dan wirid yang dibaca sebelum pembacaan bermacam, seperti di Malam Jum’at membaca Kitab al-Hikamkarya Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari, yang didahului dengan pembacaan Burdah.
Sore Jum’at membaca Kitab Ihya Ulum ad-Dinkarya Imam Al-Ghazali, yang didahului dengan pembacaan Ratib Al-Aththas.
Kemudian, Minggu pagi membaca Kitab Melayu Penawar Bagi HatikaryaSyekh Abdul Qadir bin Abdul Mutholib Al-Mandili, yang didahului dengan pembacaan Maulid Simthu ad-Durar(Maulid Habsyi).
Selain itu, setiap bulan Rajab di Majelis Taklim Al-Hidayah juga dilaksanakan haul K.H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani (Guru Sekumpul), yaitu beberapahari setelah haul akbar di Sekumpul Martapura.
Sebagai pengisi acara adalah rombongan dari Sekumpul Martapura yang biasa mengisi pembacaan maulid dan tahlil pada acara haul K.H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani di Langgar Ar-Raudhah Sekumpul.
Terkadang dihadiri pula oleh kedua putra K.H. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani, Muhammad Amin Badali dan Muhammad Hafi Badali.
Peringatan haul di tempat ini sudah berlangsung sejak haul pertama K.H.Muhammad Zaini bin Abdul Ghani hingga sekarang dan setiap tahun jama’ah yang hadir semakin bertambah banyak.