TERAS7.COM – Jalan penghubung Desa Jati Baru dan Desa Astambul, Kecamatan Astambul sejak beberapa tahun terakhir amblas akibat tergerus air.
Namun hingga tahun 2021 pasca banjir besar yang melanda Kabupaten Banjar, jalan penghubung ini tetap terendam dan semakin tergerus air.
Bahkan warga Desa Jati Baru pun harus menyeberang ke Desa Astambul menggunakan rakit dengan pengapung karet ban truk yang disediakan oleh warga sekitar.
Tak menggunakan mesin, rakit ini didorong oleh beberapa orang warga sekitar yang sukarela menyeberangkan warga Desa Jati Baru.
Salah satu penggunanya adalah H. Husaini yang sehari-hari bekerja di Pasar Astambul, pada Kamis (25/3/2021) mengaku, setiap hari beberapa kali menggunakan jasa tersebut.
Hal ini terpaksa ia lakukan karena mobil tak bisa lagi menembus titik sepanjang 100 meter di Jalan penghubung Desa Jati Baru-Desa Astambul yang terendam aliran air Sungai Martapura.
“Kami sendiri memarkir mobil disini karena tak bisa menembus banjir. Bahkan di jalan Desa Jati Baru ke Desa Pasar Jati juga terendam banjir,” katanya.
Pasca banjir besar, lokasi tersebut sempat surut, akan tetapi air naik kembali dan arusnya yang cukup deras membuat lokasi ini kembali tak bisa dilewati hingga sekarang.
Untuk menyeberang dari Desa Jati Baru ke Desa Astambul sendiri, H. Husaini mengaku merogoh kocek pribadi untuk menyeberang menggunakan rakit tersebut, akan tetapi bayaran yang diberikan sukarela.
“Untuk menyeberang kami membayar secara sukarela. Harapannya ke depan agar pemerintah membikinkan jalan alternatif agar hal ini tak lagi terjadi, karena lebih banyak biaya yang dikeluarkan,” bebernya.
Sementara itu M. Alwi, salah satu salah satu warga yang menjadi pendorong rakit ini mengaku ada sekitar 5 orang yang terlibat dalam jasa penyeberangan ini.
“Sejak banjir pada Januari yang lalu kami membantu warga yang mau menyeberang. Kami melakukannya secara bergantian,” ungkapnya.
Alwi sendiri mengatakan pihaknya tak menaruh patokan biaya tertentu untuk jasa menyeberangkan warga desa ini, tapi sukarela saja,” katanya.
Biasanya warga membayar secara sukarela mulai dari 2 ribu, 5 ribu, 10 ribu hingga 20 ribu rupiah, bahkan pada malam hari ada yang memberikan sampai 24 ribu rupiah untuk menyeberang menggunakan rakit yang mampu mengangkut 2 motor sekaligus atau sekitar 6 orang ini.
“Kami sukarela saja untuk membantu masyarakat. Harapannya supaya pemerintah melihat jalan yang putus akibat ini, agar bisa segera diperbaiki,” ungkap Alwi.