TERAS7.COM – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang merebak di Kota Banjarbaru akibat musim penghujan beberapa waktu belakangan ini menurut Walikota Banjarbaru sudah tergolong Kejadian Luar Biasa (KLB).
DBD sendiri merupakan penyakit yang timbul akibat gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang sering menggigit si korban dari belakang tubuh, pergelangan kaki dan siku, akan tetapi gigitannya seringkali tidak menimbulkan rasa sakit sehingga banyak yang tidak sadar saat terkena gigitan nyamuk yang menularkan virus dengue penyebab DBD ini.
Untuk mengantisipasi DBD, Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, Agus Widjaja mengatakan Dinkes sudah rutin mengadakan sosialisasi dan selalu menekankan masyarakat untuk mencegah DBD daripada mengobati dan menyembuhkannya.
“Bagi kami pencegahan lebih baik dari penyembuhan, jadi ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah BDB, yaitu dengan membasmi nyamuk Aedes Aegypti,” ujarnya.
Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk membasmi nyamuk Aedes Aegypti menurut Kadinkes Kota Banjarbaru ini, diantaranya yang paling jitu dilakukan oleh masyarakat adalah pemberantasan sarang nyamuk dengan 3M Plus.
“Pemberantasan nyamuk melalui fogging penting, tapi fogging hanya memberantas nyamuk yang sudah dewasa, sedangkan jentik-jentik yang dapat hidup berbulan-bulan tidak tersentuh dan dapat menjadi nyamuk dewasa tidak akan ikut mati akibat fogging, jadi tidak terlalu efektif,” jelasnya.
3M Plus yang dimaksud oleh Agus Widjaja adalah menutup wadah penyimpanan air, menguras wadah penyimpanan air secara rutin dan mengubur wadah yang dapat menjadi genangan air untuk mencegah nyamuk bertelur dan tumbuhnya jentik.
“Karena jentik nyamuk Aedes Aegypti ini dapat hidup di genangan air yang bersih dan jernih seperti bak air bahkan kulit durian yang sekarang sedang musim. Selain pembasmian dengan 3M yang umum itu, juga ada plusnya, yaitu seperti memakai baju lengan panjang, menggunakan lotion dan juga berantas nyamuk pakai raket listrik, jangan pakai obat nyamuk untuk menghindari gigitan nyamuk secara lain,” terangnya.
Selain melalui 3M Plus, Agus Widjaya juga menjelaskan pemberantasan jentik nyamuk Aedes Aegypti melalui tindakan biologis dan kimia.
“Cara biologis untuk mencegah pertumbuhan jentik antara lain dengan memelihara ikan cupang di kolam dan menaruh tumbuhan-tumbuhan untuk mengusir nyamuk seperti lavender. Sedangkan untuk cara kimiawi dengan menaburkan bubuk abate ke wadah penampungan air untuk mencegah pertumbuhan jentik serta fogging untuk memberantas nyamuk dewasa,” jelas Agus Widjaja.
Khusus untuk fogging, Ia meminta agar masyarakat tidak meminta pemerintah untuk melakukan fogging sebagai solusi utama untuk mencegah DBD.
“Bila tak ada nyamuk yang diindikasikan membawa virus Dangue, maka jangan minta fogging. Biar kami yang menetapkan pelaksanaan fogging atau tidak, karena pelaksanaannya memerlukan penyelidikan dari petugas kami di puskesmas. Kalau petugas kami berdasarkan penyelidikannya mengatakan perlu fogging, maka kami akan laksanakan fogging dengan segera,” jelasnya.
Ia meminta agar masyarakat mewaspadai gigitan nyamuk, tak perduli nyamuk apun karena bukan hanya DBD saja yang bisa ditimbulkan dari gigitan nyamuk, tapi juga penyakit lainnya seperti cikungnya.
“Nyamuk biasanya menggigit di pagi dan sore, tapi kita harus berusaha jangan sampai ada nyamuk apapun yang menggigit. Jadi kami tekankan pada masyarakat untuk mewaspadai setiap genang air di lingkungan sekitar kita, kalau ada segera tumpahkan airnya,” jelas Agus Widjaja.