TERAS7.COM – Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Selatan, Roy Rizali Anwar sebelumnya ada suatu kesempatan sempat menyentil mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sektor pendidikan dan kesehatan.
Dirinya menilai, IPM sektor pendidikan dan kesehatan di Kalimantan Selatan ini perlu diperhatikan serius oleh Pemerintah Kabupaten/Kota kedepannya.
Untuk IPM sektor Pendidikan, Sekdaprov menilai yang perlu serius diperhatikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yakni mengenai anak putus sekolah, khususnya di SMP
“Kalau benar-benar kabupaten kota serius menangani masalah ini (anak putus sekolah), buktikan dengan anggaran,” ujar Roy.
Menyikapi hal ini, Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Banjarbaru, Dedy Seotoyo mengatakan, untuk meningkatkan hal ini diperlukan adanya perhatian terhadap rapor pendidikan.
Ia menyebut, sedikitnya ada 3 item yang mempengaruhi angka di rapor pendidikan, yaitu Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), survei mutu dan kualitas belajar, dan survey lingkungan belajar.
“3 item ini yang mempengaruhi angka-angka di rapor pendidikan. Disamping itu yang dicerikan dalam rapor pendidikan, ada lagi seperti angka literasi, numerasi, inklusi, hingga Anak Putus Sekolah,” ujarnya. Rabu (12/10/2022).
Untuk rapor pendidikan, ia menerangkan bahwa Kota Banjarbaru termasuk lumayan bagus, karena hanya beberapa poin saja yang harus dintervensi oleh pihaknya.
Mengenai ATS, ia menyatakan bahwa, hal tersebut sudah dilakukan intervensi dengan cara penyisiran untuk mengecek keakuratan data. Setelah itu, hasil penyisiran diserahkan kepada akses sekolah paket.
Meski begitu, menurutnya terkait data ATS ini memang masih ada hal yang harus dilakukan duduk bersama lagi dengan pihak lain. “Memang ada beberapa yang harus dilakukan duduk bersama lagi terhadap data-data yang disajikan,” ucapnya.
Sementara untuk meningkatkan inklusi, rencananya tahun ini, pihaknya akan membentuk Unit Layanan Disabilitas (ULD) di bidang pendidikan. Selain itu, juga akan dilakukan gerakan orang tua peduli anak inklusi, mengenalkan ke sekolah-sekolah, hingga dukungan kepada guru pendamping khusus.
“Sekarang lumayan bagus, mungkin Banjarbaru satu-satunya kota, yang menyediakan dana pendamping assesment. Jadi anak-anak yang “dicurigai” inklusi diasessment dulu, setelah itu baru muncul 16 karakter inklusi, baru dilihat berapa karakter dia punya, lalu ini juga mempengaruhi ke guru pendamingnya. Jadi ini sih yang dikerjakan sekarang, Alhamdulillah sudah jalan,” terangnya.
Adapun untuk ULD, ia berharap agar nantinya jika sudah terbentuk dapat lebih menyentuh permasalahan akar terkait inklusi di seluruh sekolah.