TERAS7.COM – Lomba Karnaval Sasirangan yang menampilkan peragaan busana kreasi sasirangan karya desainer lokal dalam rangkaian Banjarmasin Sasirangan Festival 2019 pada sabtu (9/3) di Siring Menara Pandang Banjarmasin ini memukau banyak mata yang hadir.
Festival yang rutin dilaksanakan Pemerintah Kota Banjarmasin sejak 3 tahun yang lalu ini selalu menjadi ajang desainer lokal untuk bereksperimen secara kreatif dan inovatif dengan kain sasirangan.
Dengan tema yang diusung di tahun 2019 ini, yaitu “Harmoni Warna Warni Budaya Nusantara”, para desainer busana lokal ini membuat beragam busana kreasi sasirangan terbaik yang dapat mereka tampilkan ke masyarakat.
Eli, juru bicara Dewan Juri Lomba Karnaval Sasirangan 2019 sangat senang dengan jumlah peserta yang selalu bertambah setiap tahunnya, sebanding dengan perkembangan kreatifitas desainer dalam merancang busana kreasi dari kain sasirangan.
“Kami sangat senang dengan animo peserta yang luar biasa untuk mengikuti karnaval ini. Dengan jumlah peserta yang semakin bertambah, maka perlu dilakukan penilaian yang cukup ketat untuk mendapatkan hasil terbaik,” ujar Eli.
Eli menjelaskan bahwa yang dijadikan penilaian Dewan Juri dalam kontes ini adalah kreatifitas, orisinalitas, komposisi, kerapian dan eksekusinya saat diperagakan dalam penampilan akhir.
“Karena temanya adalah warna warni nusantara, jadi peserta boleh mengambil tema dari luar Kalsel, seperti Jawa, Bali dan bagian Indonesia lainnya, bahkan 7 keajaiban dunia tapi kita tetap memakai kain sasirangan sebagai bahan utamanya,” terangnya.
Ia juga menambahkan, selain kerapian, bila ada desainer busana yang membuat busana dengan rok pendek maka harus memakai stocking untuk menjaga kesopanan.
“Jadi kalau mereka pakai rok pendek, ya harus pakai stocking. Juga dengan mengutamakan unsur kedaerahan memberikan nilai plus bagi kami,” jelasnya.
Ada kejadian tak terduga yang terjadi dalam fashion show busana kreasi sasirangan ini, yaitu jatuhnya seorang peraga busana dengan tema bekantan.
Jatuhnya seorang peraga busana ini sendiri diakibatkan kegagalannya ketika ingin memperagakan busana yang dikenakannya, karena hak sepatunya yang sangat tinggi dan kain yang membentuk jubah yang berada di belakangnya membuatnya tidak sengaja terinjak.
Hal ini mengejutkan panitia hingga penonton, membuat peraga busana kreasi sasirangan dengan tema bekantan ini harus dibantu untuk berdiri dan turun dari panggung.
Walaupun ada kejadian mengejutkan yang tidak terduga, pengumuman juara pun tetap dilaksanakan, dimana ada 2 katagori juara, yaitu katagori pelajar yang terdiri atas 3 tropi utama dan 2 tropi harapan, sedangkan untuk katagori umum terdiri atas 3 juara utama dan 3 juara harapan dengan hadiah berupa uang pembinaan.
Muhammad Fremuzar Aditya Putra (15) warga Banjarbaru yang berhasil meraih juara pertama dalam katagori umum mengatakan sangat senang berhasil memenangkan kontes kali ini.
“Saya sudah mengikuti kontes ini kedua kali. Tahun kemarin saya juga menang, tapi hanya mendapat juara dua,” ujarnya.
Ia menceritakan bahwa busana yang digunakannya bertemakan Kerajaan Banjar, selain itu ia mengenakan sepatu dengan hak yang juga cukup tinggi dan berat busananya kurang lebih 10 kg sehingga terlihat sangat tinggi.
“Busana yang saya pakai di desain oleh Kak Sahri Tinggaluan. Untuk dandan dan mengenakan busana ini mulai jam 3 pagi. Walaupun cukup berat dan butuh perjuangan untuk memakainya, apalagi harus berparade, tapi setelah berhasil menang, saya rasa kerja keras yang dilakukan sudah terbayar,” terang siswa SMP yang juga menjadi atlet dansa ini.