TERAS7.COM – Teratak itu berada tidak jauh dari pinggir Jalan Bina Putra, Kelurahan Guntung Payung, Kota Banjarbaru. Dibangun dengan bahan seadanya, berdinding dan beratap dengan kain serta terpal bekas, terlihat menggodot hati.
Di samping teratak yang mengisyaratkan kerapuhan sebagaimana pemiliknya yang juga telah sepuh, berdiri toilet yang dibangun warga beberapa waktu lalu. Adalah Kai Jarkasi, empunya teratak tersebut. Di usia senjanya, ia melakoni hidupnya seorang diri.
Ditingkahi semilir angin senja dan suara dengung kendaraan ketika melintas, Jum’at (24/10) sore, Kai Jarkasi duduk termangu di pinggir jalan. Mengenakan baju dan celana lusuh, berkacamata serta menggunakan peci hitam.
“Mata Kai sudah kada (tidak) bisa melihat lagi (rabun), hanya kawa (dapat) mendengar suara orang saja,” ucap pria yang telah berusia 70 tahun ini, ketika Reporter Teras7.com menghampirinya.
Kai Jarkasi bercerita, sejak 5 bulan lalu tersebab kondisi fisiknya yang mulai melemah, ia berhenti berkebun. Dan kini, ia hanya menjalani aktivitas sehari-harinya di sekitaran teratak yang tiang-tiang penyangganya juga telah repih. Bahkan untuk menyeberang jalanan pun, Kai Jarkasi tidak berani lagi, takut tertabrak kendaraan bermotor.
Perihal makan sehari-harinya, Kai Jarkasi menyampaikan, kadang ia diatari anaknya yang rumahnya dekat masjid. Ketika ditanyakan mengapa tidak ingin menetap bersama anaknya yang sudah berkeluarga tersebut, Kai Jarkasi menjawab, bahwa ia tidak ingin merepotkan mereka. “Kada (tidak) ingin mengganggu,” tambahnya.
Ketika disinggung terkait tanah tempat berdirinya teratak miliknya, Kai Jarkasi mengaku tidak mengantongi surat menyuratnya. Dari penuturannya, ia telah menjadi penghuni tempat ini sekitar 20 tahunan, sebelum dibangunnya jalan.
“Hidup itu perlu disyukuri, Nak. Apapun kondisinya,” ucap pria yang telah berusia uzur ini. Kemudian ia berjalan ngesot menyeberangi jembatan penghubung antara pinggir jalanan dengan halaman terataknya. Sedang di kejauhan, sayup-sayup terdengar suara azan maghrib.