TERAS7.COM – Pertama kali mengikuti ajang Indonesia SDGS Award 2023, PT Pelsart Tambang Kencana mendapat predikat pertama, Selasa (12/12/23).
Ajang tersebut dilaksanakan oleh Corporate Forum for CSR Development (CFCD) bekerja sama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) di Jakarta.
Manager CSR PT PTK Septamto mengatakan, ini sebuah kehormatan bagi PT Pelsart Tambang Kencana (PTK) ketika mendapatkan anugerah Kategori Terbaik Pertama (Excellence) untuk kepesertaan program Local Hero dalam bidang Pertanian Organik, pada ajang Indonesia SDGs Award (ISDA) Tahun 2023.
“Pelsart sebagai sebuah perusahaan pertambangan yang belum berproduksi, namun sudah memberanikan diri untuk ikut serta mengirimkan program CSR yang sudah diselenggarakan dalam even tahunan ISDA, dan dapat meraih predikat yang bergengsi,” tuturnya.
Proses penilaian pada ISDA Award dimulai sejak bulan Juli 2023, dengan penilaian administrasi sampai pada penilaian presentasi program, wawancara, dan peninjauan lapangan secara aktual.
“Dalam hal ini salah satu tokoh masyarakat Desa Buluh Kuning Kecamatan Sungai Durian, Kartiman berperan penting dalam mengembangkan dan membina petani di wilayah Tinggi 1 PTK yang sudah memberikan hasil menggembirakan,” ucap Septamto.
Saat ini masing-masing anggota kelompok membangun lahan pertanian mereka sendiri secara swadaya, dan dapat menjadikan andalan penghasilan secara mandiri. PTK akan terus mengembangkan program pengembangan masyarakat dan bersama-sama mendukung inovasi yang diperlukan bagi kemandirian.
Sementara itu, Kartiman (Pak Jenggot) mengatakan program pertanian organik yang dipromosikan merupakan program CSR PT. PTK dalam mengembangkan pertanian di Desa Buluh Kuning.
“Dengan adanya program pertanian organik tersebut memberikan perubahan dalam pengelolaan lahan pertanian di Desa Buluh Kuning dan Desa Gendang Timburu terhadap pembukaan lahan baru,” kata Kartiman.
Metoda yang diterapkan adalah memanfaatkan rumput dan tanaman perdu yang didapat pada proses pembersihan lahan, dikumpulkan dalam lubang galian yang dialas terpal, dilakukan fermentasi menggunakan gula merah dan larutan mikroorganisme. Larutan yang dihasilkan setelah 1- 2 bulan penempatan, akan dipakai sebagai pupuk pada masa perawatan.
“Sebagai contoh, di lahan pertanian Damar, Desa Buluh Kuning, cabai keriting yang dihasilkan berbentuk panjang dan gemuk, dan daya tahan terhadap pembusukan menjadi lebih dari 1 minggu,” ujarnya.
Jenis cabai yang dihasilkan sangat disukai oleh konsumen dan pedagang, dan harga jual rata-rata lebih baik daripada harga cabai yang dibawa dari luar daerah.
Dadang Prananta selaku KTT PTK sangat mendukung akan adanya pertanian yang dikembangkan, apalagi dengan mengedepankan pemanfaatan pupuk organik, termasuk dalam mendukung Pemerintah untuk mengedepankan green resources.
“Masyarakat penerima manfaat juga merasa berterima kasih mendapatkan kesempatan belajar pertanian metoda baru ini, dimana hasilnya sudah terbukti dan cepat dalam pengembalian modal,” ungkapnya.