TERAS7.COM – Menjelang Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Banjarbaru (Pilwali) 2020, setelah wafatnya Walikota Banjarbaru H Nadjmi Adhani beberapa pekan lalu, atmosfer politik di kota berjuluk Idaman kini mulai memanas.
Sebelumnya petahana Almarhum Nadjmi Adhani dan Darmawan Jaya Setiawan, bakal menjadi calon tunggal kuat usai sang penantang Aditya Mufti Arifin dan AR Iwansyah Kader PPP dan Golkar menyatakan mundur dari kompetisi politik Pilwali Banjarbaru 2020, dengan alasan kemanusian karena kondisi pandemic covid-19.
Namun diluar kehendak, sang khalik telah mengambil lebih dulu wafatnya Walikota Banjarbaru H Nadjmi Adhani yang diketahui memiliki kekuatan besar dan sulit dikalahkan, oleh karena berbagai prestasi yang telah diraih dan mampu mengharumkan nama Kota Banjarbaru hingga ketingkat Internasional.
Duka yang mendalam bagi warga Banjarbaru bahkan seluruh masyarakat Kalimanatan Selatan karena putra terbaik telah wafat sebelum bertarung, yang mana juga sosok Nadjmi memiliki peluang besar untuk periode berikutnya maju dalam pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur pada tahun 2024.
Badrul Ain Sanusi Pengamat Politik Kalimantan Selatan menyampaikan, sebelumnya dirinya masih berkabung atas berpulangnya Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani putra terbaik Kalimanatan Selatan, namun menurutnya menjelang pemilihan kepala daerah yang akan berlangsung dalam waktu dekat, mengharuskan Banjarbaru juga bersiap untuk memilih pemimpin selanjutnya.
“Sebenarnya, saya pribadi masih berkabung karena terpukul atas wafatnya Pak Nadjmi, namun dikarenakan soal Pilkada Banjarbaru yang waktunya semakin dekat dan politisi sudah memainkan perannya, maka hal ini penting disikapi demi masa depan Banjarbaru,” ujarnya kepada teras7.com saat dihubungi, pada Jum’at (21/08).
Ibaratkan peribahasa, belum kering tanah kuburan, desas desusu poros baru dan penantang mulai bermunculan, melihat petahana sang Wakil Walikota Darmawan Jaya Setiawan kehilangan keseimbangan duet politikinya.
Bahkan penantang yang sebelumnya menyatakan mundur dari Pilwali kini kembali maju, namun entah apa gerangan, penantang memiliki wajah baru pasangannya, yakni Aditya Mufti Arifin dan Syahriani, bukan AR Iwansyah namun tetap dengan slogan lama ‘Banjarbaru Juara’.
Sementara itu Darmawan Jaya Setiawan baru-baru ini telah mendeklarasikan dirinya untuk melanjutkan perjuangan sahabatnya yang telah wafat dengan pasangan baru pula, yaitu H Martinus yang pernah menjabat sebagai Penjabat walikota Banjarbaru pada tahun 2015 selama 7 bulan.
Namun, tidak seperti yang di perhitungkan, Darmawan Jaya yang juga memiliki pengaruh besar di Kota Banjarbaru akan memegang tongkat estapet bakal calon walikota, ia memilih tetap bertahan pada posisi wakil dan H Martinus menjadi Bakal Calon Walikota Banjarbaru, menggantikan posisi Almarhum Nadjmi Adhani, tetap dengan slogannya Banjarbaru lebih baik dan semakin baik.
Dari arus politik yang telah mengalir, menimbulkan beberpa pertanyaan, salah satunya apakah akan ada poros ke tiga yakni AR Iwansyah yang juga memiliki pengaruh besar di Kota Bnjarbaru yang saat ini menjabat sebagai Wakil I Ketua DPRD Kota Banjarbaru, yang mana periode sebelumnya beliau menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Banjarbaru dari fraksi Partai Golkar.
Pria yang akrab disapa Bung Badrul ini melanjutkan, hal terpenting bagi seorang pemimpin daerah Banjarbaru adalah memiliki leadershif yang smart dengan inovasi yang brilian di tengah heterogenitas warga Banjarbaru.
Hal yang harus dipahami masyarakat dalam menentukan pilihan hendaknya tahu dan paham dengan sifat sang calon, jejak rekam yang pastinya para kandidat yang ada sudah pernah menjabat di pemerintah dan atau sebagai wakil rakyat,” jelasnya.
Termasuk track record masing-masing calon dalam persoalan sosial dan hukum yang terecord dalam jejak otak warga dan digital.
“Yang sangat kita sayangkan itu etika politik yang berhubungan dengan Aditya Mufti ariffin dengan syahriani, yang mana sebelumnya ia telah menyatakan mengundurkan diri, namun kini kembali maju dengan pasangan yang lainnya dengan artian etika politiknya sangat rendah ini yang sangat disayangkan,” ucapnya.
Apalagi mengingat Aditya Mufti ariffin tidak lagi berpasangan dengan AR Irwansyah, walaupun demikian hal ini menjadi sah-sah saja sebagai pilihan politik apabila lawan duet tidak memiliki bergaining ke depan.
Kemudian, kemungkinan AR Irwansyah muncul sebagai poros ketiga menurutnya silahkan saja, dengan artinya kontestasi politik masyarakat semua bisa menilai Putra Banjarbaru untuk ke depan menuju Banjarbaru yang lebih baik.
“Sosok almarhum nadjmi adhani merupakan tolak ukur kepemimpinan untuk Kota Banjarbaru diharapkan kepemimpinan selanjutnya bisa meneruskan apa yang sudah dirancang atau direncanakan untuk melanjutkan pembangunan kota Banjarbaru, bukan malah nantinya mengalami kemunduran,” pungkasnya.