TERAS7.COM – Ada banyak cerita menarik dibalik pelaksanaan Haul Guru Sekumpul atau KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani dari tahun ke tahun sejak dilaksanakan sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun 2006.
Pelaksanaan haul ulama besar asal Martapura keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau Datu Kelampaian ini dengan berbagai kisah menariknya ini menimbulkan kesan mendalam bagi mereka yang mengalaminya.
Salah satunya seorang pria warga Sekumpul Ujung yang tidak ingin namanya dipublikasikan, ia bercerita pada Teras7.com bahwa ada pengalaman menarik pada saat Haul Guru Sekumpul ke 13 setahun yang lalu.
“Di haul tahun 2018 itu saat beberapa minggu mendekati haul saya menderita sakit tipes. Saya sendiri sudah berobat tapi tidak mau dirawat inap di rumah sakit, jadi di rawat di rumah,” ujar pria yang menjadi ASN disalah satu instansi pemerintah ini.
Ketika itu ujarnya, rumahnya yang berada di kawasan Sekumpul Ujung menjadi salah satu dapur untuk memasak makanan bagi jamaah sekumpul.
“Hari itu sudah hari sabtu, sehari sebelum pelaksanaan haul. Saya sampai tidak bisa bangun, padahal hari itu di rumah orang sudah mulai memasak. Saya sebagai tuan rumah kan malu hanya bisa berbaring tidak bisa membantu,” ceritanya.
Ia pun merasa sangat sedih tidak bisa membantu, akan tetapi karena keinginan kuat dihatinya untuk melayani jamaah yang hadir dalam Haul Guru Sekumpul, ia pun berdoa dan bertawassul dengan berkat Guru Sekumpul.
“Jujur aja saya malu sebagai tuan rumah tidak bisa ikut membantu. Jadi saya berdoa pada Allah dan bertawassul dengan berkat Guru Sekumpul. Saya berkata malu tidak bisa melayani jamaah di haul, jadi dengan berkat Guru Sekumpul semoga Allah bisa mengabulkan doa saya supaya bisa sembuh,” terangnya.
Tak berapa lama di hari itu juga, dirinya merasakan sudah mulai mendingan dan mampu bangun, walaupun badan masih lemas.
“Tak berapa lama saya sudah mulai bisa bekerja bantu-bantu seperti masang tenda, tapi kalau pusing ya istirahat. Nah dihari minggu walau tidak 100% sehat, saya bisa dengan bekerja membantu panitia untuk melayani jamaah haul. Bahkan sampai sekarang saya sudah sehat,” katanya.
Ia pun menjelaskan alasan mengapa namanya tidak ingin disebutkan, selain itu merupakan kisah pribadi yang hanya diketahui beberapa orang, ia juga mengatakan agak malu.
“Saat berdoa itu saya merasa seperti mengancam Guru Sekumpul, jadi saya merasa kalau tidak disembuhkan tidak bisa membantu. Tapi terlepas dari itu sebenarnya ini hanya kisah biasa, jadi agar bisa bijak dalam menyikapinya,” harapnya.