TERAS7.COM – Rabiul Awal merupakan salah satu bulan suci dalam kalender Hijriah. Karena di bulan ini Nabi Muhammad SAW dilahirkan ke muka bumi.
Nabi Muhammad SAW merupakan nabi dan rasul terakhir dalam Islam yang lahir di Makkah di tahun yang dikenal sebagai Tahun Gajah, yakni pada 12 Rabiul Awal atau 20 April 570 Masehi.
Nabi Muhammad SAW lahir dari ayahnya yang bernama Abdullah bin Abdul Muthalib dan ibunya bernama Siti Aminah binti Wahab. Abdullah merupakan putra dari Abdul Muttalib sedangkan Aminah adalah putri dari Wahab ibnu Abdul Manaf ibnu Zuhrah, kepala suku Zuhrah.
Pada umumnya, di Indonesia hari lahir Nabi Muhammad SAW dirayakan dengan peringatan Maulid Nabi yang berisi lantunan sholawat dan pujian-pujian terhadap Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.
Dikutip dari berbagai sumber, para pecinta Nabi sudah memperingati momen agung ini setiap hari mulai dari awal sampai dengan akhir bulan. Bahkan ada yang melaksanakannya di luar bulan Rabiul Awal dan lebih dari itu ada pula yang menjadikan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai acara di seluruh bulan.
Ini merupakan kecintaan atas anugerah datangnya manusia paling sempurna di muka bumi ini yang membawa risalah dari Allah SWT bagi manusia. Ekspresi kecintaan umat Islam di Indonesia pun diwujudkan dengan berbagai macam acara seperti pembacaan Barzanji (riwayat hidup Nabi), ceramah keagamaan, dan juga perlombaan, seperti lomba baca Al-Qur’an, lomba azan, lomba shalawat, dan sebagainya.
Ahli Tafsir Al-Qur’an Prof Quraish Shihab mengungkapkan bahwa Maulid Nabi dirayakan dengan cara meriah baru dilaksanakan pada zaman Dinasti Abbasiyah, khususnya pada masa kekhalifahan Al-Hakim Billah.
Menurutnya, inti dari perayaan Maulid Nabi adalah untuk memperkenalkan Nabi Muhammad SAW kepada setiap generasi. Karena, kenal adalah pintu untuk mencintai. Sehingga dengan mengenal Nabi Muhammad SAW, maka umat Muslim bisa mencintainya.
Sementara Kiai Said menjelaskan bahwa Maulid Nabi merupakan sunah taqririyyah yaitu perkataan, perbuatan yang tidak dilakukan nabi, tetapi dibenarkan Rasulullah SAW. Memuji atau mengagungkan Rasullah SAW termasuk sunnah taqririyah karena tidak pernah dilarang oleh Rasulullah.
Ternyata, memperingati Maulid bukan hanya dilakukan oleh umat Nabi Muhammad SAW saja. Nabi Muhammad SAW sendiri juga memperingati kelahirannya dengan berpuasa di hari Senin.
Pada saat itu ketika ditanya oleh sahabat, “Kenapa engkau berpuasa ya Rasul? aku berpuasa karena di hari itu aku dilahirkan dan di hari itu pula lah aku mendapatkan wahyu pertama kali,” jawab Nabi.
Dalam artikel NU Online berjudul Maulid Nabi Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah, disebutkan beberapa dalil syar’I peringatan Maulid dari Al-Qur’an dan Hadits. Di antaranya adalah firman Allah dalam QS Yunus ayat 58 yang artinya, “Katakanlah, dengan anugerah Allah dan rahmatNya (Nabi Muhammad Saw) hendaklah mereka menyambut dengan senang gembira.” (QS.Yunus: 58).
Menurut Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani Bergembira dengan adanya Nabi Muhammad SAW ialah dianjurkan berdasarkan firman Allah SWT pada surat Yunus ayat 58 ini. [Sayyid Muhammad Al-Maliki Al-Hasani, Ikhraj wa Ta’liq Fi Mukhtashar Sirah An-Nabawiyah, hal 6-7].
Dalam kitab Fathul Bari karangan al- Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani diceritakan pula bahwa Abu Lahab mendapatkan keringanan siksa tiap hari senin karena dia gembira atas kelahiran Rasulullah.
Ini membuktikan bahwa bergembira dengan kelahiran Rasulullah memberikan manfaat yang sangat besar, bahkan orang kafirpun dapat merasakannya.
Riwayat senada juga ditulis dalam beberapa kitab hadits di antaranya Shohih Bukhori, Sunan Baihaqi al-Kubra dan Syi`bul Iman. [Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, Juz 7, hal 9, Sunan Baihaqi al-Kubra, Juz 7, hal 9, Syi`bul Iman, Juz 1, hal 443].
Meksi begitu, sebagian kalangan umat Islam menyebut perayaan Maulid Nabi merupakan bid’ah. Hal ini karena Nabi Muhammad SAW sendiri tidak mencontohkan untuk memperingatinya.
Dikutip dari NU Online, salah satu ulama yang menyebut peringatan Maulid Nabi bid’ah adalah Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki. Menurutnya peringatan Maulid Nabi bisa berstatus bid’ah bukan karena praktik ini terbilang baru, tetapi karena keyakinan kita untuk mengenang dan menyebut Rasulullah SAW pada waktu tertentu.
Padahal, mengenang dan bershalawat atas Rasulullah SAW harus dilakukan setiap waktu, bahkan dalam setiap embusan nafas seorang Muslim.
Menurut Sayyid Muhammad Alwi Al-Malikii menyebut, keyakinan bahwa peringatan Maulid Nabi di waktu tertentu sebagai bagian dari bershalawat dan mengenang Nabi SAW jelas masuk dalam kategori bidah.
Oleh karena itu, Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki mengatakan keyakinan tersebut harus dibuang jauh agar kita tidak membatasi diri untuk menyebut dan mengaitkan diri dengan Rasulullah SAW pada waktu-waktu tertentu saja.
Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki ingin mengatakan bahwa umat Islam tidak boleh “jauh” dari Rasulullah. Mereka harus menghadirkan kenangan atas akhlak Rasulullah dan membasahi mulutnya dengan shalawat setiap saat. Tetapi pada waktu-waktu tertentu seperti pada bulan Maulid, masyarakat perlu mengenang Rasulullah lebih intensif.
Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki tidak bermaksud untuk menyalahkan umat Islam yang mengadakan peringatan maulid pada Bulan Rabi’ul Awwal. Meski mengingat dan bershalawat atas Nabi SAW pada bulan dan hari apa saja bisa dilakukan.
Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki menginginkan masyarakat tidak berlebihan dalam memperingati Maulid Nabi. Pasalnya, Nabi SAW sendiri tidak menganjurkan kita memperingati hari lahirnya, dan menganjurkan untuk lebih banyak bershalawat pada hari Jumat, meski setiap hari kita juga dianjurkan untuk bershalawat.
Di Kalimantan Selatan sendiri, perayaan Maulid Nabi Muhammad tidak hanya dikhususkan pada bulan Rabiul Awal saja. Contohnya di Sekumpul Martapura Maulid Simtudduror atau Maulid Alhabsyi adalah salah satu diantara sekian maulid yang rutin dibaca di Majlis Abah Guru Sekumpul.
Setiap Minggu Malam, sehabis Maghrib Maulid Simtudduror dibaca di Majlis Ar-Raudhah Sekumpul dihadiri para ulama dan ribuan jamaah. Setelah Abah Guru Sekumpul wafat, pembacaan maulid ini terus berlangsung dengan dipimpin oleh putra beliau Muhammad Amin Badali dan Ahmad Hafi Badali.
Abah Guru Sekumpul mendapatkan ijazah maulid Simtudduror dari Al-Habib Zein al-Habsyi Martapura, murid Al-Habib Ali al-Habsyi, dan juga dari jalur Al-Habib Anis al-Habsyi Solo, cucu Al-Habib Ali Al-Habsyi.
Di antara keutamaan Maulid Simtudduror atau Maulid Habsyi menurut Abah Guru Sekumpul adalah maulid yang paling tinggi sastranya.
Bahkan ahli sastra Sayyid Amin al-Kutbi yang merupakan salah satu guru Abah Guru Sekumpul sendiri mengaku tidak mampu mengupas makna-makna rahasia yang terkandung di dalam maulid ini. Hal ini diceritakan Abah Guru Sekumpul ketika memberikan pengajian kitab Syarh Hikam tahun 1997 silam.
“Kada gampangan. Paling, paling, paling tinggi susunan kata. Maulid paling tinggi susunan kata, balaghah-nya, adalah Simtudduror. Kada mudah ditarjamah. Kada mudah. Sampai sekarang belum ada nang sanggup mentarjamahnya. Inggih. Sayyid Amin aja angkat tangan. Kalau memaknai banar aja, Alhamdu segala puji, itu ada aja lughatnya. Kamus ada aja”.
(Tidak gampangan. Paling, paling, paling tinggi susunan kata. Maulid paling tinggi susunan kata, sastranya, adalah maulid Simtudduror -Maulid Habsyi, red-. Tidak mudah menafsirkan isinya. Tidak mudah. Sampai sekarang belum ada yang sanggup menulis tafsirannya. Iya, bahkan Sayyid Amin –yang ahli sastra Arab- saja angkat tangan. Kalau sekedar memaknai saja, misal Alhamdu artinya segala puji, itu ada aja yang mampu mengalihbahasakannya. Kamusnya ada aja.)
Itulah sedikit kisah tentang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Semoga dapat menambah keimanan dan kecintaan kita kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW.
Sumber :
(https://www.nu.or.id/post/read/124167/maulid-sejarah-tradisi-dan-dalilnya, https://alamisharia.co.id/id/hijrahfinansial/sejarah-hingga-dalil-peringatan-maulid-nabi/, https://banua.co/2020/10/19/keutamaan-maulid-simtudduror-menurut-abah-guru-sekumpul/)