TERAS7.COM – Dunia Sepakbola Indonesia sedang dirundung duka mendalam usai terjadinya kericuhan dari para suporter hingga berujung hilangnya ratusan nyawa manusia dalam lanjutan pertandingan Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan Malang, Jawa Timur pada Sabtu malam (01/10/2022).
Seorang suporter Arema FC atau Aremania dengan akun twitter LIBRA_12 (@RezqiWahyu_05) membagikan kisah pilu yang disaksikannya dari tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang kemarin malam.
Ia mengatakan, tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang ini merupakan kisah terpilu yang pernah disaksikan selama menjadi suporter Arema FC atau Aremania sejak 2007 silam.
“Selama saya jadi supporter Arema, saya dikenalkan arema oleh orang tua saya saat tahun 2007 hingga saat ini. Hari ini 1 Oktober 2022 adalah titik terendah saya menjadi seorang supporter,” tulisnya.
LIBRA_12 menjelaskan kronologis terjadinya tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang kemarin malam. Ia mengatakan, sebelum pertandingan dimulai pada pukul 20.00 WIB, semua berjalan aman dan tertib.
“Kick off dimulai, dan pertandingan berjalan aman, tanpa kericuhan sedikitpun, yang ada hanya supporter Arema saling melontarkan psywar ke arah pemain Persebaya,” ucapnya.
Sedikit insiden mulai muncul usai babak pertama selesai, dimana saat jeda istirahat, menurutnya ada sekitar 2 sampai 3 kali kericuhan terjadi di tribun 12-13 Standion Kanjuruhan Malang, tapi bisa segera diamankan oleh pihak berwenang.
Lanjutnya, saat babak kedua berjalan, tim Persebaya Surabaya berhasil mencetak gol, dan unggul 3-2 atas tuan rumah Arema FC. Ketertinggalan gol ini, membuat Singo Edan julukan Arema FC langsung melancarkan serangan, namun tidak ada yang berujung gol.
“Semakin banyak serangan, semakin gemas juga kita sebagai supporter menontonnya,” terangnya.
Hingga peluit akhir babak kedua dibunyikan, Arema FC tidak bisa menambah golnya, dan harus puas menerima hasil kekalahan dari Persebaya Surabaya.
“Setelah peluit dibunyikan, para pemain Arema tertunduk lesu dan kecewa, pelatih Arema dan Manager tim mendekati tribun timur dan menunjukkan gestur minta maaf ke supporter,” ungkapnya.
Saat itulah, menurutnya awal tragedi bermula. Dimana terlihat 1 orang suporter dari arah tribun selatan Stadion Kanjuruhan nekat masuk, dan mendekati pemain Arema FC, Sergio Silva, dan Adilson Maringa untuk memberikan motivasi, dan kritik kepada keduanya.
Kemudian lanjutnya, muncul lagi beberapa oknum suporter yang ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya kepada pemain Arema FC, dan terlihat saat itu, Kapten Arema FV Johan Alfarizie mencoba memberi pengertian kepada oknum suporter tersebut.
Namun ungkapnya, keadaan di Stadion Kanjuruhan semakan ricuh, karena semakin banyak suporter Arema FC dari berbagai sisi yang masuk ke lapangan untuk meluapkan kekecewaannya ke pemain.
Masuknya suporter ini, diikuti dengan pelemparan berbagai macam benda ke arah lapangan dari para suppoter yang semakin tidak terkendali, sehingga pada ahirnya pemain harus digiring masuk kedalam ruang ganti dengan kawalan pihak berwajib.
Karena keadaan sudah dirasa tidak kondusif, aparat keamanan mencoba melakukan tindakan memukul mudur suporter yang saat itu menyerang dari berbagai sisi.
Namun, menurutnya tindakan yang telah dilakukan aparat keamanan untuk memukul mundur suporter yang ricuh, tergolong sangat kejam, dan sadis.
“Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para supporter, yang menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis, di pentung dengan tongkat panjang, 1 supporter di keroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya,” terangnya.
Aparat keamanaan saat itu menurutnya langsung beberapa kali menembakkan gas air mata ke arah suporter yang ada di lapangan. Namun disisi lain, suporter yang menyerang aparat juga silih berganti berdatangan dari sisi utara dan selatan dari Stadion Kanjuruhan Malang.
“Terhitung puluhan gas air mata sudah ditembakkan ke arah supporter, disetiap sudut lapangan telah dikelilingi gas air mata. Ada juga yang langsung ditembakkan ke arah tribun penonton, yaitu di tribun 10,” ungkapnya.
Para supporter yang panik karena gas air mata, semakin ricuh diatas tribun, mereka berlarian mencari pintu keluar, tapi sayang pintu keluar sudah penuh sesak karena para supporter tengah panik.
Menurutnya saat kerusuhan itu, banyak ibu-ibu, wanita, orang tua, serta anak kecil yang terlihat tidak berdaya, dan tidak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion.
“Terlihat mereka sesak karena terkena gas air mata, seluruh pintu keluar penuh dan terjadi macet,” ucapnya.
Sedangkan di luar stadion, menurutnya banyak yang terkapar dan pingsan karena efek terjebak di dalam stadion yang penuh gas air mata akibat kerusuhan tersebut.
Apalagi situasi di luar menurutnya tak kalah mencekam, banyak supporter yang lemas bergelimpangan dengan sebagian berlumur darah, mobil hancur, suara riuh makian dan amarah, pelemparan, hingga teriakan, dan tangisan oleh wanita.