TERAS7.COM – Virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan pandemi Covid-19 muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, RRT pada akhir 2019 lalu telah menulari 9,9 Juta orang di seluruh dunia hingga Sabtu (27/6).
Setengah tahun pasca Pandemi ini, sejumlah ahli penyakit menular di dunia seperti Profesor Matteo Bassetti, Ahli penyakit menular di Rumah Sakit Policlinico San Martino di Italia mengatakan virus corona kini semakin melemah dan kurang mematikan dibandingkan sebelumnya.
“Karena saat ini pasien lanjut usia pun sudah banyak yang pulih. Bahkan pasien yang berusia 80-90 tahun saat ini sedang duduk di tempat tidur dan bernapas tanpa alat bantu. Sebelumnya, pasien di usia tersebut bahkan meninggal setelah dirawat 2-3 hari saja di rumah sakit,” katanya yang dikutip dari Mirror.
Virus Corona yang awalnya agresif seperti harimau, kini berubah seperti kucing liar setelah melewati masa puncak pandemi COVID-19 di Italia pada bulan Maret dan awal April yang lalu.
“Banyak orang yang membutuhkan bantuan oksigen dan ventilator untuk bernapas. Bahkan gejala dari beberapa di antaranya berkembang menjadi pneumonia akut. Tetapi, beberapa waktu terakhir, kondisi ini telah berubah total,” ujarnya.
Profesor Bassetti memprediksi kemungkinan virus ini bermutasi menjadi bentuk yang lebih lemah saat menyebar ke seluruh dunia, atau mungkin saja karena tindakan jaga jarak dan penggunaan masker yang membuat viral load lebih rendah dan jauh dari penyakit.
“Mungkin virus ini bisa mati atau hilang sebelum vaksin untuk menanganinya tersedia. Saat ini jumlah orang yang sakit dan terinfeksi karena virus Corona jauh lebih sedikit. Hal terjadi lebih sedikit pasien yang membutuhkan ventilator untuk membantu mereka bernapas ketika dirawat di rumah sakit akibat terpapar Covid-19,” terangnya.
Sementara itu Dr. Donald Yealy dari University of Pittsburgh Medical Center, Amerika Serikat dikutip dari laman The Sun mengatakan penyakit Covid-19 menjadi ‘kurang menular’.
“Virusnya mungkin berubah. Beberapa pola menunjukkan potensinya berkurang,” tuturnya.
Dr. Yealy mengatakan fasilitasnya di Pittsburgh telah merawat lebih dari 500 pasien Covid-19 sejak Maret 2020 lalu, akan tetapi dalam beberapa waktu terakhir, lebih sedikit pasien positif corona yang membutuhkan ventilator.
Sementara Gusti Ngurah Mahardika, ahli virologi dari Universitas Udayana, Bali mengungkapkan virus corona di Indonesia yang juga memiliki perbedaan karakteristik dengan negara lain, salah satunya adalah Wuhan.
Kendati virus corona di Indonesia punya perbedaan dengan SARS-CoV-2 yang ada di Wuhan, perbedaan tersebut dinilai tidak terlalu mencolok sehingga tidak menyebabkan virus menjadi lebih ganas.
“Dari 6 virus di dunia, dua sudah diidentifikasi di Indonesia, Clade GH dan Clade L&O. Ada beberapa virus yang persis dengan strain Wuhan, ada yang berbeda tapi tidak banyak,” ujarnya.
Untungnya perbedaan corona Wuhan dan Indonesia tidak terjadi pada receptor binding site virus atau reseptor ACE2 yang menjadi pintu masuk virus saat menginfeksi tubuh manusia, karena jika receptor binding site berbeda, maka virus bisa jauh lebih ganas.
“Secara sederhana bisa dikatakan bahwa perbedaan corona Wuhan dan Indonesia tidak terjadi secara fungsional yang bisa menyebabkan antibodi atau vaksin tidak berguna ketika digunakan di Indonesia. Kalau perubahan pada binding site, bisa jadi virus itu lebih ganas. Kemudian nanti antibodi tidak berperan. Vaksin mungkin kehilangan khasiatnya kalau dipakai di Indonesia. Jadi, virus di Indonesia mengalami substitusi tidak pada receptor binding site,” papar Mahardika.
Dalam kesempatan berbeda, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Banjar, dr. Diauddin mengatakan pihaknya mengetahui penelitian terakhir bahwa virus Corona dengan wuhan berbeda dengan yang ada di Indonesia.
“Yang pasti memang ada perbedaan karena memang virusnya terus bermutasi, tak hanya dengan virus yang ada di Indonesia, tapi dengan wilayah yang lain di China pun berbeda,” ungkapnya.
Mengenai keganasan virus, Diauddin mengakui virus Corona bisa saja berubah menjadi lebih ganas atau lebih jinak, berbeda disetiap daerah.
“Virus ini sendiri secara umum sifatnya masih belum kita ketahui. Terkait apakah lebih ganas atau lebih jinak masih belum jelas. Yang pasti kita jangan lengah dan tetap waspada dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan yang ditetapkan,” pintanya.