TERAS7.COM – Warga Desa Balau, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar melaksanakan haul perdana Ratu Siti Fatimah pada Minggu (12/9/2021) kemarin.
Haul perdana itu berlangsung di makam Ratu Siti Fatimah yang berada di pinggir Jalan Pangeran Muhammad Tambak Anyar, RT 03 Desa Balau ini masih dikelilingi perkebunan karet milik warga setempat.
Tak hanya diikuti oleh warga Desa Balau, haul ini juga dihadiri oleh zuriat dari Kesultanan Banjar yang tinggi di Martapura, Banjarbaru dan Banjarmasin.
Peringatan haul sendiri diawali dengan pembacaan yasin dan tahlil gang kemudian dirangkai dengan pembacaan syair maulid serta pembacaan riwayat singkat Ratu Siti Fatimah.
Menurut manakib atau riwayat singkat yang disusun oleh para zuriat, Ratu Siti Fatimah adalah salah satu istri dari Sultan Banjar, Sultan Adam Al Watsiqbillah yang meninggal jauh sebelum ia menduduki tahta pada tahun 1825.
Ratu Siti Fatimah sendiri adalah putri dari Pangeran Muhammad Yusuf dan Ratu Kasuari yang lahir di Keraton Bumi Kencana, Martapura pada tahun 1781, kemudian dibesarkan di Banua Anyar, Astambul.
Sempat pula bermukim di Desa Takuti Kecamatan Astambul dan kemudian pindah hingga ke Desa Cabi, Kecamatan Simpang Empat.
Saat inilah menurut manakib tersebut, Ratu Siti Fatimah membantu orang tuanya mengelola kebun rempah, hingga kemudian membuka perkebunan di Desa Balau, Kecamatan Karang Intan.
Saat kurang lebih berumur 25 tahun, Ratu Siti Fatimah kemudian menikah dengan Sultan Muda Pangeran Adam yang kelak akan naik tahta menjadi Sultan Adam, dan kemudian tinggal di Desa Balau sambil mengelola perkebunan kopi dan karet.
Selain terkenal sebagai istri yang taat pada suaminya, Ratu Siti Fatimah juga terkenal akan keuletannya dalam mengelola perkebunan, bahkan tak segan mengajarkan masyarakat untuk bercocok tanam dan rajin dalam bekerja mengolah kebun.
Setelah 3 tahun menikah, Ratu Siti Fatimah kemudian mengandung putra yang kemudian hari akan dinamakan Pangeran Muhammad Tambak Anyar pada tahun 1808.
Akan tetapi karena mengalami pendarahan, Ratu Siti Fatimah meninggal dunia pada tahun yang sama saat sang bayi berumur 210 hari dan kemudian dimakamkan di lokasi makamnya sekarang.
Pangeran Muhammad Tambak Anyar kemudian dirawat oleh istri Sultan Adam yang lain, yakni Nyai Peah di lingkungan istana di Martapura.
Tokoh masyarakat Desa Balau, Sugiannoor bersyukur peringatan haul Ratu Siti Fatimah terlaksana dengan baik dan berjalan lancar.
“Masyarakat di desa sangat mendukung keberadaan makam ini, terlebih para zuriat ingin dibikinkan kubah disini,” katanya.
Kepala Lingkungan 2 Desa Balau ini mengaku bangga karena di desanya terdapat pusara keturunan Kesultanan Banjar.
Penemuan makam ini sendiri terang Sugiannoor berdasarkan informasi dari para zuriat kesultanan, walaupun sebelumnya warga sudah mengetahui ada makam dilokasi tersebut, tapi baru diketahui identitasnya baru-baru ini.
“Alhamdulillah, pemilik kebun bersedia untuk menghibahkan lahan yang ada di lokasi makam ini untuk dibikinkan kubah,” terangnya.
Sementara itu salah satu zuriat Pangeran Tambak Anyar, Uhhibul Huda mengaku mengetahui keberadaan makam itu berdasarkan penelitian dan penelusuran zuriat dari komunitas Peduli Makam Al Khairat.
“Keberadaan makam tersebut kita temukan berdasarkan pada penelitian dan penelusuran yang di lakukan oleh Tim Peduli Makam Al Khairat berdasarkan petunjuk dan catatan sejarah yang dimiliki oleh para zuriat yang di tinggalkan oleh para datu-datunya kepada anak cucu keturunannya,” ungkapnya.
Ke depan pihaknya dengan Desa Balau akan bekerjasama untuk melaksanakan haul pada tahun mendatang dan membangun kubah di lokasi tersebut.
“Dengan dibangun kubah, nantinya para penziarah bisa datang. Harapannya ini dapat menambah wisata religi di Kabupaten Banjar,” terang Uhhibul Huda.
Selain itu lanjut pria yang menjabat sebagai Kepala Seksi Pemberdayaan dan Pengelolaam Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Banjar untuk menelusuri jejak silsilah Ratu Siti Fatimah hingga ke Sultan Tamjidillah 1.