TERAS7.COM – Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar prihatin atas kejadian ribuan ikan mati yang menimpa pembudidaya jala apung di aliran air Bendungan Riam Kanan.
Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Banjar, Ahmad Syarwani mengaku sangat prihatin atas musibah ribuan ikan mati yang terjadi beberapa waktu belakangan.
“Kami selaku DPRD Kabupaten Banjar, berharap pada Pemerintah Daerah agar secepatnya mengambil langkah-langkah diantaranya memetakan dulu wilayah terdampak,” harapnya. Selasa (06/06/2023).
Ia juga menambahkan dari pemetaan berapa petani ikan yang terdampak, sehingga semua perlu di kalkulasi.
“Secepatnya khususnya dengan dinas yang terkait yakni Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Banjar,” jelasnya.
Dalam menangani musibah ini Syarwani mengatakan perlu melakukan kajian-kajian penyebab kematian ikan.
“Kematian ikan yang banyak ini terjadi tidak hanya pada 2023 saja, tetapi kalau tidak salah di 2019 dan 2018 juga ada kejadian serupa, sehingga saya pikir harus dilakukan penelitian,” terangnya.
Ia melanjutkan karena jangan sampai terulang kembali seperti sebelumnya, sehingga penyebabnya dapat diketahui apakah akibat faktor alam, debit air yang semakin surut atau lain-lainnya.
“Sehingga dari pengkajian ini bisa diketahui, sehingga tahun berikut-berikutnya dapat dinetralisir terkait dampak-dampak serupa yang terjadi,” ungkapnya.
Selanjutnya Syarwani menambahkan perlu sekali kordinasi dilakukan kepada pihak pengelola Bendungan Riam Kanan, apabila ini memang aliran sungai yang perlu diatur untuk menyesuaikan kehidupan masyarakat sekitarnya.
“Saya pikir ini juga perli sesegera dikordinasikan oleh pihak-pihak terkait khususnya pengelola bendungan, dan berharap pengelola dapat memperhatikan wilayah petarnak ikan kita,” jelasnya.
Syarwani juga menegaskan apabila tidak segera diatasi persoalan ini, dikhawatirkan akan berdampak pada perekonomian khususnya bagi para peternak dan ditakutkan tingginya harga ikan dipsaran.
“Kita akan memanggil serta kordinasi paling lambat minggu depan,” tuturnya.
Sementara itu tim Terasu.com wawancara melalui Whatsapp, Kepala Bidang Perikanan Budidaya DKPP Kabupaten Banjar, Sipliansyah Hartani mengatakan kalau kematian sementara sudah berkurang atau hampir tidakk ada.
“Cuma untuk total kematian dan brapa kerugian belum terdata serta peternak ikan belum menginformasikan,” jelasnya.
Sipliansya menerangkan senin kemarin ada 5 desa yakni Mali-mali, sungai landas, sungai arpat, lok tangga dan awang bangkal.
“Saat kita pengecekan kadar airnya yang di ambil sudah siang, oksigen sdh naik semua di atas 7, oksigen turun saat malam hari,” jelasnya.
Ia berharap pihaknya berharap peternak bisa menerapkan cara ternak ikan yang baik, termasuk jumlah tebar bibit ikan yang disesuaikan dengan luas lahan, baik karamba jaring apung ataupun di kolam, sehingga mengurangi resiko kematian massal.
Sekadar informasi, kejadian serupa juga pernah terjadi pada 2018 dan 2019, saat dikonfirmasi dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Banjar, yang paling parah terjadi pada 2019 lalu.