TERAS7.COM – Kisah memilukan dialami Masdinah (36) salah satu warga Desa Alat, Kecamatan Hantakan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) selamat dari terjangan banjir bandang yang terjadi pada Rabu (13/01) lalu.
Dimana dirinya menceritakan sebelum musibah nahas tersebut, ia bersama dua buah hatinya sedang berada di rumah yang kini sudah porak poranda dihantam derasnya terjangan banjir bandang.
Tepat pukul 22.00 Wita, dirinya yang sudah hampir terlelap dikejutkan dengan suara warga yang berteriak lantang untuk memberikan tanda bahaya bahwa air sungai mulai naik kepermukaan jalan.
“Saat itu warga membangunkan semua orang dan memberitahu bahwa banjir besar sudah mulai menghantam beberapa rumah yang ada di ujung desa,” ujar Masdinah, Rabu (27/01).
Mendapatkan informasi tersebut, wanita paruh baya itu pun bergegas membangunkan kedua anaknya yang saat itu tengah tertidur dan langsung lari menyelamatkan diri ke tempat lebih tinggi.
Dengan rasa panik dan takut terseret air, Masdinah memberanikan dirinya untuk membawa anak-anaknya mendaki bukit yang berada di belakang pemukiman tempat tinggal mereka.
Derasnya guyuran hujan saat peristiwa itu membuat suasana semakin mencekam, ditambah seluruh lampu penerangan di desa setempat tiba-tiba mati sehingga menjadi gelap gulita.
“Peristiwa itu terjadi sangat cepat, yang terpikirkan hanyalah bagaimana caranya untuk bisa menyelamatkan kedua anak saya saja,” ungkapnya kepada Teras7.com .
Diceritakan lebih lanjut, setelah mengetahui kondisi air mulai surut, dirinya memberanikan diri untuk turun dari bukit menuju pemukiman guna memastikan apa yang telah terjadi saat itu.
Namun saat mereka menuju rumahnya, tiba-tiba air kembali meninggi dengan cepat yang bercampur suara gemuruh dari arah perbukitan sana, hingga membuat mereka kembali lari untuk menjauh.
“Kami lari lagi ke perkebunan karet di bukit yang satunya bersama beberapa warga, karena luapan air yang ke dua itu jauh lebih besar dari sebelumnya,” paparnya.
Karena takut akan terjadi banjir bandang susulan, Masdinah dan dua orang anaknya beserta beberapa warga Desa Alat memutuskan untuk tetap bertahan di bawah pohon karet dengan kondisi seluruh tubuh mereka basah diguyur hujan.
“Pada malam itu kami bertahan disana sampai subuh, bahkan hampir semua yang ada menggigil kedinginan karena hujan tidak kunjung berhenti hingga siang,” terangnya.
Sementara itu pada Kamis siang saat warga setempat yakin kondisi sudah aman, mereka pun memutuskan untuk kembali ke desa meski diselimuti dengan perasaan yang was-was.
Kesedihan seketika mulai menyelimuti Masdinah dan seluruh warga saat melihat desa mereka dari kejauhan sudah porak poranda diterjang banjir, terlebih seluruh masyarakat setempat tidak ada yang sempat menyelamatkan harta bendanya mereka.
“Satu persatu warga terlihat menangis termasuk saya, karena kondisi rumah-rumah di desa kami yang porak poranda bahkan sebagian lenyap terseret arus,” pungkasnya.
Desa Alat, Kecamatan Hantakan sendiri merupakan sebuah pemukiman yang sebagian besar berada tepat di bantaran sungai, sehingga banyak rumah warga dan tempat ibadah hilang terseret banjir bandang.
Tidak hanya itu, beberapa buah jembatan penghubung di desa setempat ikut lenyap dan beberapa ruas jalan pun putus lantaran kuatnya arus, sehingga mengakibatkan sebanyak 1753 jiwa terdampak akibat peristiwa tersebut.