TERAS7.COM – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) kesiapsiagaan bencana kekeringan dan Kebakaran Hutan Lahan (Karhutla) di ruang Data dan Karya Bupati Labuhanbatu, Selasa (16/5/2023).
Dalam kesempatan itu, Wakil Bupati Labuhanbatu Ellya Rosa Siregar menyampaikan, penanggulangan bencana merupakan salah satu kewenangan pemerintah daerah.
“Dan, harus sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undang yang berlaku,” ucapnya.
Ia juga mengatakan, penanggulangan bencana dimulai dari kesiapsiagaan pencegahan dan mitigasi bencana kedaruratan dan logistik serta rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana.
“Artinya kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan mulai dari tahap awal dalam terjadi dan pasca bencana. Kami menyambut dengan rasa senang hati pelaksanaan Rakor ini dilaksanakan dengan Kabupaten Labuhanbatu, dengan menghadirkan 2 kabupaten, yaitu Labuhanbatu Utara dan Labuhanbatu Selatan, yang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan, secara geografis ketiga kabupaten ini mempunyai karakteristik yang hampir sama dan potensi bencana yang sama pula, yaitu banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan kebakaran hutan.
“Bencana-bencana tersebut, silih berganti dialami oleh ketiga kabupaten ini. Dan, telah berdampak terhadap rusaknya lingkungan pemukiman penduduk,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia berharap kepada Pemerintah Provinsi Sumut untuk dapat bersama-sama berkomitmen dalam melakukan upaya antisipasi penanggulangan bencana.
“Kita berharap, kiranya Pemerintah Provinsi Sumut dapat membantu untuk memfasilitasi kami dalam berbagai bentuk pengembangan sebagai sumber daya terampil, serta fasilitas yang dibutuhkan dalam penanggulangan bencana,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Provinsi Sumut Yosi Sukmono menyampaikan, pelaksanaan Rakor ini dilaksanakan terkait kesiapan Indonesia maupun di daerah untuk mengantisipasi perubahan cuaca yang cukup ekstrim yang mengarah kepada air minum yang menjadi titik kekeringan dan berdampak pada Karhutla.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin meningkatkan kesiapsiagaan kita terhadap bencana kekeringan dan perut lainnya, terutama antisipasi kita terhadap sektor-sektor produktif baik itu dari pertanian, perikanan maupun lainnya yang berdampak pada perekenomian,” pungkasnya.