TERAS7.COM – Ketika mendengar Arang kayu, terbayang di benak kita berbagai macam makanan yang dipanggang seperti sate, ayam panggang, jagung bakar dan sebagainya.
Karena selama ini arang kayu secara umum digunakan oleh masyarakat sebagai bahan bakar untuk memasak makanan dengan cara di panggang.
Namun arang kayu tak selamanya hanya menjadi bahan bakar untuk memanggang, sisa pembakaran kayu ternyata juga dapat di sulap menjadi berbagai barang kerajinan tangan bernilai seni tinggi.
Hal ini yang dilakukan oleh warga Banjarbaru, Narwanto yang mendirikan Rumah Pengarang dimana ia menyulap arang kayu menjadi berbagai kerajinan tangan seperti aksesoris hingga alat musik.
Saat ditemui dikediamannya yang juga menjadi Galeri Rumah Pengarang Charcoal Gallery di Jalan Sidomulyo Raya Landasan Ulin, Banjarbaru beberapa waktu yang lalu, pria yang akrab disapa Anto menjelaskan ia mendirikan Rumah Pengarang sejak tahun 2019.
“Tapi saya sudah mempelajari dan mengenali karakter dari arang kayu sejak tahun 2013. Dari situ saya mendapat ide untuk mendirikan Rumah Pengarang untuk menyulap arang kayu menjadi berbagai kerajinan dan lain-lain, seperti water filtration,” ujar pria yang memiliki latar pendidikan Teknik Elektro ini.
Pada awalnya, Anto hanya memproduksi arang kayu sebagai karbon aktif yang memiliki berbagai guna, salah satunya adalah water filtration atau penjernih air yang ia ekspor ke luar negeri.
“Tapi arang kayu ini ternyata memiliki bentuk yang sangat keras dan ketika dipatahkan muncul bagian yang mengkilat. Terinspirasi dari batu akik yang sempat viral beberapa tahun lalu, saya coba menggosok arang kayu ini dan ternyata bisa mengkilat sebagaimana batu. Dari situ saya membuat arang kayu ini membuat berbagai kerajinan tangan untuk mengenalkan produk water filtration,” terangnya.
Untuk terjun dalam bisnis “hitam” arang ini, Anto pun rela meninggalkan pekerjaannya di salah satu Kontraktor Listrik untuk mendirikan Rumah Pengarang setelah 6 tahun sebelumnya bergelut dalam bidang arang kayu.
Berbagai kerajinan tangan yang Anto ciptakan dari arang kayu, seperti berbagai kerajinan aksesoris fashion misalnya gelang, kalung dan anting.
Tak hanya menjadi aksesoris fashion, arang kayu pun ia sulap menjadi barang-barang koleksi, diantaranya adalah hiasan dekoratif, plakat untuk kenang-kenangan dan cindera maga piala, hiasan dinding hingga alat musik seperti gamelan.
Bahan yang digunakan pun tidak fanatik pada jenis kayu tertentu, tujuannya agar nantinya tidak kesulitan mendapatkan kayu jenis tertentu jika kayu tersebut tak lagi ditemukan.
“Kita menggunakan semua jenis kayu, tidak hanya satu kayu. Masyarakat kita punya kebiasaan membakar ladang untuk bercocok tanam. Daripada mereka mereka membakar ladang mereka begitu saja, lebih baik kayu yang tumbuh di ladang mereka diolah menjadi arang,” terangnya.
Kayu-kayu yang dikumpulkan tadi kemudian diolah dengan pembakaran minimum oksigen, baik dengan cara di timbun di tanah, memakai tungku atau menggunakan drum.
“Kami mengolah arang kayu ini menggunakan tungku dari batubara merah yang bisa digunakan berulang kali. Berbeda dengan arang lainnya, suhu pembakaran sendiri lebih dari 1000 derajat celcius dan akan menghasilkan arang yang berkualitas tinggi dan berkarakter keras,” jelas Anto.
Sumber kayu dan tempat produksi pembakaran arang kayu sendiri tidak dilakukan di Banjarbaru, tapi dilakukan di daerah lain yaitu di Barito Timur Kalteng dan Binuang Kabupaten Tapin.
Khusus untuk arang kayu yang dijadikan alat musik, arang yang digunakan sendiri memiliki kualitas yang khusus, dengan ciri memiliki bunyi berdenting ketika dibenturkan.
“Ada arang tertentu yang berbunyi berdenting ketika dibenturkan, dari sana muncul ide membuat alat musik dari arang ini. Saya carikan perbedaan nadanya dan saya siapkan box-nya agar bisa dimainkan. Alat musik dari arang ini yang menjadi daya tarik produk-produk Rumah Pengarang ketika mengikuti berbagai pameran,” jelas Anto.
Omset yang dihasilkan Rumah Pengarang dari produk-produk kerajinan sejak mulai berproduksi pada awal tahun 2019 sendiri kata Anto sekitar 20 juta rupiah.
“Untuk pemasaran sendiri kita lakukan dengan mengikuti beberapa kali pameran di luar daerah dan juga melalui online. Dari mengikuti pameran, ternyata segmentasi pasar kita lebih banyak di luar daerah. Sementara di daerah kita sendiri belum banyak yang memakai, mungkin masih dianggap aneh disini, sementara di daerah lain bisa diterima,” ungkapnya.
Rumah Pengarang sendiri pun masih dijalankan sendiri oleh Anto, termasuk produksi berbagai aksesoris dan produk-produk lain, begitu juga dengan pemasaran dan penjualannya.
“Mulai tahun 2020 ini saya akan menularkan ilmu saya untuk mengolah kerajinan dari arang pada yang berminat. Di awal kita memang sudah memberdayakan masyarakat untuk bisa memproduksi arang kayu ini,” katanya.
Pemerintah Kota Banjarbaru dibawah kepemimpinan Nadjmi-Jaya pun memberikan perhatian yang cukup besae pada Rumah Pengarang.
“Selama setahun ini saya diberikan kesempatan oleh Pemko Banjarbaru untuk mengikuti berbagai pameran dan ekspo di dalam maupun luar daerah untuk mengenalkan produk-produk dari arang ini. Saya berharap pemerintah dapat tetap memberikan perhatiannya, karena Pemko Banjarbaru sudah menjadikan bidang kriya menjadi produk unggulan Banjarbaru,” tutup Anto.