TERAS7.COM – Ibukota Negara (IKN) Nusantara di Kalimantan Timur diperkirakan akan membawa dampak besar terhadap perkembangan daerah tetangganya, Kalimantan Selatan.
Tentunya, Kota Banjarbaru yang saat ini sudah resmi menjadi Ibukota Provinsi (IKP) juga akan mengalami kemajuan, karena digadang-gadang sebagai penyangga IKN Nusantara.
Menurut Wakil Ketua Komisi III DPRD Kota Banjarbaru, Emi Lasari, salah satu aspek terpenting yang harus diperhatikan dalam keterkaitan Kota Banjarbaru sebagai IKP dengan IKN Nusantara yaitu tentang manajamen pengelolaan persampahan.
“Dengan sahnya Undang-undang IKN dan IKP, tentunya memang, salah satu yang harus kita perhatikan adalah bagaimana pengelolaan manajemen persampahan kita,” ucapnya.
Karena menurutnya, adanya keterkaitan dengan IKN Nusantara ini bakal membuat penduduk Kota Banjarbaru semakin bertambah. Otomatis, produksi sampah tentunya juga akan kian meningkat.
Untuk saat ini saja, Emi menyebutkan, produksi sampah di Kota Berjuluk Idaman ini mencapai 1,5 ton dalam waktu satu harinya, dengan kalkulasi setiap Kepala Keluarga (KK) menyumbang sebanyak 0,6 ton sampah.
“Jadi kalau kita lihat memang proyeksi sampah kita ini cukup besar,” ungkapnya.
Terlebih saat ini, adanya tipping fee atau ongkos yang harus dibayarkan jika membuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) regional membuat Pemerintah Kota (Pemko) Banjarbaru dinilainya perlu memperhatikan penggunaan dana tersebut dengan baik.
“Sementara ini memang fifty-fifty, kita buang ke TPA regional 50 persen dan 50 persen sisanya di TPA milik kita,” ucapnya.
“Tidak semuanya (dibuang ke TPA regional) karena ini berkenaan dengan tipping fee yang harus kita bayar, yang mana tentunya pendanaan ini yang harusnya kita pikirkan secara betul-betul,” sambungnya.
Oleh karenanya, retribusi persampahan yang sudah diterapkan menurutnya harus dapat dimaksimalkan penerimaannya oleh Pemko Banjarbaru Sebab, akan menolon dalam memanajemen pengelolaan sampah.
Disamping itu semua, menurut Emi untuk manajemen pengelolaan sampah, Pemko Banjarbaru bisa mulai belajar strategi yang dilakukan oleh Kota-kota besar di Indonesia, contohnya Surabaya yang memanfaatkannya sebagai energi listrik.
“Kita seharusnya sudah mulai melakukan tahap persiapan kesana sedikit demi sedikit,” terangnya.
Karena mau tidak mau, kalau ingin berhasil dalam memanajemen pengelolaan sampah, menurutnya Kota Banjarbaru harus membenahinya mulai dari hulu hingga ke hilir.