TERAS7.COM – Menjelang liburan Natal dan Tahun Baru 2023, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur mengambil langkah antisipatif untuk mengendalikan inflasi yang berpotensi meningkat.
Salah satu langkah tersebut adalah dengan melaksanakan operasi pasar di 278 titik yang tersebar di seluruh wilayah Kaltim.
Operasi pasar ini diharapkan dapat menstabilkan harga-harga barang kebutuhan pokok dan mencegah kenaikan inflasi yang signifikan selama masa liburan.
Selain itu, operasi pasar ini juga dimaksudkan untuk memastikan ketersediaan dan aksesibilitas barang-barang konsumsi masyarakat, khususnya dalam rangka merayakan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
“Kami berkolaborasi dengan pemerintah kabupaten/kota, Bulog dan perusahaan, untuk menyelenggarakan operasi pasar guna menekan harga bahan pokok. Ada 278 titik operasi pasar yang kami siapkan,” ujar Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop-UKM) Kaltim, Heni Purwaningsih, pada Senin (18/12/2023).
Menurut Heni, harga bahan pokok saat ini masih terjaga stabil, namun masih berada di kategori tinggi. Hal ini dipicu oleh beberapa faktor yang mempengaruhi inflasi. Mulai dari el nino, ketersediaan pasokan dari daerah penghasil hingga pengaruh harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Heni juga mengungkapkan, Kaltim masih bergantung pada daerah luar penghasil sejumlah komoditas pangan, kondisi global termasuk konflik Ukraina-Rusia juga menjadi salah satu penyebab kondisi saat ini.
“Kondisi ini menyebabkan Kaltim hingga saat ini memiliki inflasi yang tinggi namun kategori menengah. Juga cenderung tidak stabil karena bergantung pada daerah penghasil. Sedangkan untuk BBM, kebijakan pada 1 Oktober lalu yang menaikkan harga BBM nonsubsidi membuat kami mengamati distributor harus mengantri BBM subsidi yang cukup lama karena perbedaannya yang cukup besar dengan BBM subsidi,” katanya.
Selain operasi pasar, Pemprov Kaltim juga telah melakukan beberapa upaya lain. Salah satunya dengan memberikan subsidi angkutan kepada distributor yang menyuplai bahan pokok ke Kaltim.
Upaya ini, lanjut Heni, terbukti bisa menekan kenaikan harga. Di samping itu, pemprov dibantu Bulog juga melaksanakan program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP). Caranya dengan menjual komoditas pangan seperti beras dengan harga murah di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET).
“Hasilnya harga beras mulai menunjukkan harga yang wajar. Namun untuk membeli beras ini, masyarakat dibatasi pembeliannya maksimal 10 kilogram. Tujuannya untuk belanja bijak. Tidak panic buying,” jelasnya.
Selain beras, ada gula pasir yang mengalami kenaikan hingga 17 persen di Kalimantan termasuk di Kaltim. Namun dipastikan stoknya aman.
“Kenaikan ini karena gula kita juga disuplai yang impor dari India dan Vietnam. Di mana di dua negara tersebut sedang mengalami kritis sehingga membatasi ekspor. Jadi harganya naik,” tuturnya.
Pemerintah kata Heni berharap langkah-langkah ini dapat menjaga stabilitas ekonomi di tengah tantangan inflasi.
Dengan terus bekerja sama dengan berbagai pihak dan menerapkan kebijakan yang responsif, ia mengatakan, Pemprov Kaltim optimistis dapat menciptakan kondisi ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan, mengurangi ketergantungan terhadap daerah penghasil, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (rzy)