Ada beberapa orang yang terkadang berbicara di depan publik dengan menggunakan istilah-istilah atau kalimat yang seringkali terdengar asing di telinga, dan sebenarnya itu tidak masalah seandainya pendengarnya mafhum dan diperdengarkan pada waktu dan tempat yang tepat.
Pemilihan kosa kata yang tidak sesuai dengan bahasa keseharian itu pun sebenarnya wajar saja, jika memang pembicara dan pendengarnya berada dalam frekuensi yang sama.
Masalahnya adalah, jika inti pesan yang ingin disampaikan itu tidak dipahami oleh penerima pesan, terlepas dari apa sebenarnya tujuan dari si pemberi pesan.
Mengutip teori tentang komunikasi yang disampaikan oleh Harold Laswell di tahun 1984 bahwa komunikasi itu sederhananya adalah tentang siapa mengatakan apa, dengan cara bagaimana, kepada siapa dan efeknya apa.
Seringkali saya pikir, ada sebagian orang yang hanya peduli dengan satu efek atas pemilihan kalimat yang disampaikannya kepada pendengar, yaitu perasaan hebat karena bisa menyampaikan sesuatu yang terdengar tidak biasa, walaupun mungkin efek lainnya cuma bisa membuat bingung orang lain.
Hal itulah yang pernah saya sampaikan kepada salah satu guru besar di kampus tempat saya belajar pada suatu masa. Waktu itu beliau rajin menyampaikan hasil pemikirannya ke situs web yang dikelola kampus.
Saya merasa pemikiran beliau itu menarik sekali, akan tetapi gaya bahasa yang diungkapkan di situs internet tersebut sangatlah kaku dan terlampau akademis, dan kemungkinan tidak semua orang bisa menangkap inti dari isi pemikiran beliau.
Saya pun memberanikan diri untuk menyampaikan ide, agar pemikiran beliau itu sesekali ditulis dan disampaikan dengan gaya penulisan populer, atau dengan gaya bahasa yang sederhana agar mudah dicerna oleh pemikiran banyak orang.
Apa daya, tanggapan beliau berkebalikan dengan keinginan saya, setelah saya sampaikan saat bertemu, sepertinya sang profesor malah sedikit tersinggung dan bertanya balik, “Memang pemikiran saya itu sederhana?”
Sepertinya, menyampaikan sesuatu dengan cara sederhana itu tak sesederhana yang saya pikir.
Maka dari itulah, mungkin kita harus banyak maklum, jika apa yang berusaha disampaikan pada orang lain ‘secara sederhana’, inti pesannya tidak sampai secara utuh, atau justru tidak dimengerti, karena siapa tahu ada yang kurang benar dalam proses penyampaian pesan itu sendiri.
Seperti inti dari tulisan saya ini misalnya, yang padahal awalnya saya niatkan untuk pembuka dari tulisan-tulisan berikutnya, semoga saja, terutama tentang kejadian-kejadian sederhana di sekitar kita yang mungkin sering luput dari tangkapan panca indera kita, dan berusaha mencari celah solusinya.
Tapi apa daya, ternyata sebuah pembukaan yang saya niatkan dengan tulisan sederhana, malah jadi melebar kemana-mana.
Jadi saya cukupkan saja, dan mohon dimaklumi kesederhanaan kemauan saya itu, ataupun kalau tak dimaklumi, itu tidak apa-apa. Terimakasih telah membaca.
Penulis : Dr. Rd. Sya’rani.
PNS Kab. Banjar