TERAS7.COM – Kopi merupakan salah satu minuman favorit masyarakat dunia, beragam alasan orang meminum kopi, dari menghilangkan rasa kantuk hingga ingin terlihat keren dengan meminum kopi di gerai-gerai kopi mahal.
Salah satu negara yang punya banyak jenis kopi adalah Indonesia, yang masing-masing daerah memiliki varian kopi tersendiri dengan beragam rasa khasnya, termasuk Kabupaten Banjar.
Kabupaten Banjar sendiri dikenal memiliki varian kopi yang diakui memiliki rasa yang khas dan nikmat dibandingkan kopi dari daerah lain.
Kopi Banjar namanya, dari jenis kopi robusta yang lahan tanamnya berada di Kecamatan Pengaron yang berada ditengah-tengah pegunungan Meratus ini juga berperan pada kekhasan rasa kopi ini.
Sayangnya, Kopi Banjar belum digarap secara maksimal, hal ini menjadi perhatian berbagai kalangan, salah satunya dari Komisi II DPRD Kabupaten Banjar yang menangani masalah ekonomi.
Wakil Ketua Komisi II, Muhammad Marbawi saat ditemui usai Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Banjar pada senin (25/3) menjelaskan pengembangan Kopi Banjar menjadi salah satu perhatian pihaknya.
“Perlu diketahui awal ceritaya kita menaruh perhatian pada pengembangan kopi. Komisi II sebagai alat kelengkapan DPRD punya mitra yaitu Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kabupaten Banjar. Jadi kita hampir tiap bulan bersama Disbunnak turun ke kecamatan untuk bertemu petani dan mendengarkan keluhan mereka. Masalah mereka kebanyakan karena turunnya nilai jual karet, ternyata disela mereka menanam karet, mereka juga menanam kopi. Kami melihat potensi pengembangannya, jadi kami agendakan untuk dibahas,” ceritanya panjang lebar.
Muhammad Marbawi dalam kunjungannya mengatakan, Kopi Banjar punya keunggulan, sayangnya mutu tanamannya masih rendah.
“Kopi ditempat kita masih ditanam sembarangan dan ketinggian tanaman kopi lebih dari 2 meter hingga menyulitkan panen. Selain itu kebiasaan petani kita yang memanen petik pelangi, atau memanen kopi semuanya, tidak memilih mana yang tua dan mana yang muda, sehingga belum ada keseragaman kualitasnya. Selain masalah panen, juga pemasakan biji kopi. Biasanya disangrai sembarangan sehingga gosong, jadinya kita minum arang, bukan kopi lagi,” ujarnya.
Untuk meningkatkan mutu tanaman kopi di Kabupaten Banjar, ujarnya, Komisi II pada tanggal 20-22 Maret 2019 yang lalu mengadakan kunjungan kerja ke Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat untuk mempelajari penanaman kopi.
“Kunjungan kita tepat sasaran, karena Kabupaten Bogor menjadi salah satu pendatang baru penghasil kopi robusta bersaing dengan Lampung dan Aceh. Sebelumnya mereka memiliki masalah yang sama dengan kita, tapi mulai 2016 mereka melakukan gebrakan dalam penanaman, panen dan pasca panen,” ungkapnya.
Pengalaman Kabupaten Bogor pun menjadi oleh-oleh yang dibawa DPRD Kabupaten Banjar untuk mengawal pemerintah daerah dalam mengembangkan kopi Banjar menjadi lebih bermutu.
“Ada banyak hal yang kita pelajari, yang utama ya kesabaran petani untuk memetik kopi yang sudah merah saja, tidak panen petik pelangi lagi. Yang hijau dan kuning ditunggu menjadi merah, dengan begitu kualitas dan harganya akan naik. Untuk itu kami programkan bersama dinas terkait agar dapat mengirim petani untuk mendapat pelatihan ke Kabupaten Jember, Jawa Timur. Itu yang dilakukan oleh Kabupaten Bogor,” Kata Marbawi.
Selain penanaman dan panen, pra tanam seperti pengadaan bibit kopi robusta dan pasca panen seperti pemasakan dan pengemasan jadi oleh-oleh lain yang dibawa pulang dari Bogor.
“Untuk bibit rencananya akan kita datangkan dari Jember. Kalau pasca panen, pertama kita akan perbaiki disektor industry pengolahannya, supaya biji kopi tidak gosong dan kualitasnya buruk serta berbahaya pada kesehatan. Kedua baru masalah kemasan yang higienis, ini bisa menjadi nilai tambah karena bisa menarik,” jelasnya.
Mengenai lahan penanaman kopi tersebut, Komisi II sudah mengetahui rencana pemerintah daerah yang menyediakan puluhan hektar lahan di Kecamatan Pengaron untuk penanaman kopi Banjar.
“Kopi di kabupaten Banjar masih berada di peringkat ke 4. Kita ingin jadikan kopi sebagai idola baru karena harganya yang stabil dibandingkan hasil perkebunan yang lain, pasti akan menguntungkan petani. Ini yang menjadi alasan kita harus memprioritaskan kopi, apalagi kopi sudah punya pasar yang pasti,” harapnya.
Ia juga mengatakan, Komisi II akan terus mengawal pemerintah agar dapat memasarkan Kopi Banjar melalui UMKM dan kedai-kedai kopi yang di sekitar Kabupaten Banjar.