TERAS7.COM – Tadarus Puisi dan Silaturahmi Sastra (TPSS) XVI tahun 2019 dengan tema ‘Surak Sumampai’ selain dihadiri oleh pecinta seni dan begawan sastra di Kalsel, juga dihadiri oleh tokoh sastra Indonesia yang berasal dari Madura, yakni KH. D. Zawawi Imron.
Di malam yang penuh dengan suasana puitis dan bernilai estetika tersebut, KH. D. Zawawi Imron tampil ke atas panggung dan membacakan 2 buah puisi karyanya sendiri dengan penuh pengahayatan. Masyarakat sastra mengenal kedua buah puisi tersebut dengan judul Ibu dan Cinta Tanah Air.
“Puisi itu punya misi abadi. Hormat kita kepada ibu dan damai kita kepada ibu, kita berikan kepada orang lain. Setiap kita tersenyum kepada orang lain, kita akan bahagia,” kata KH. D. Zawawi Imron.
Ia menilai kegiatan Tadarus Puisi dan Silaturahmi Sastra (TPSS) adalah sesuatu yang luar biasa. “Ramadhan itu kita hiasi dengan puisi-puisi relijius, perdamaian dan jauh dari perpecahan, karena sesuai dengan visi Ramadhan, kita berpuasa supaya menjadi manusia yang benar,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Umum Dewan Kesenian Banjarbaru Ogi Fajar Nuzuli menerangkan bahwa makna dari Surak Sumampai adalah kita bergembira menghadapi tadarus puisi dan secara signifikan pagelaran tadarus puisi pada tahun ini, menurutnya, dengan tahun sebelumnya tidak ada yang berbeda.
“Pesan dari acara Tadarus Puisi dan Silaturahmi Sastra ini yang ingin disampaikan kepada masyarakat bahwa dengan kita mengedepankan sastra, hati kita bisa lebih bersih sehingga tidak lagi mengeluarkan sumpah serapah dan sebagainya yang dapat menimbulkan keretakan antar sesama,” kata Ogi.
Selain menyajikan berbagai macam bentuk pementasan puisi dari kelompok seni dan para penyair, kegiatan TPPS ini juga membukukan antologi puisi dari para penyair dan masyarakat umum.
Sebagaimana yang ditulis oleh panitia pada pengantar buku antologi puisi tersebut, pada TPSS XVI ini ada sekitar 139 puisi yang diterima panitia untuk diseleksi atau dikurasi.
Mengingat TPSS lebih pada semacam perayaan, kegembiraan, dan kesyukuran dalam bulan suci Ramadan, maka standar seleksi yang dilakukan para kurator tidaklah terlau ketat dan kaku. Sebab ini bukan sebuah perlombaan atau pertandingan yang harus menghasilkan para juara.