TERAS7.COM – Kemunculan pandemi Covid-19 di Kabupaten Banjar dan di susul pelaksanaan pembatasan sosial membuat dampak ekonomi yang tidak sedikit.
Salah satu adalah sempat turunnya harga ayam ras potong akibat rendahnya daya beli, sehingga membuat plasma peternakan ayam ras melakukan pengurangan populasi (depopulasi) ayam ras.
Akibatnya komoditas ayam ras harganya melejit tertinggi dalam sejarah, mencapai harga 30 ribu rupiah per kg di kandang.
Hal ini diungkapkan Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Banjar, Dondit Bekti saat video teleconference bersama Jurnalis Banjar pada Kamis sore (2/7).
“Melejitnya harga komoditas peternakan ayam ras ini merupakan sejarah baru karena menyentuh harga 30 ribu rupiah per kg. Itu baru di kandang, kalau dilihat mata rantainya, di pasaran harga ayam ras potong minimal 35 ribu rupiah per kg,” ungkapnya.
Akibatnya plasma peternakan ayam ras melakukan depopulasi untuk menghadapi dampak penurunan daya beli sehingga harga kembali naik.
“Sehingga ketersediaan ayam potong di pasaran menipis, dampaknya harga ayam naik dan dapat meningkatkan pendapatan pedagang, tapi disisi lain pembeli akhirnya menjadi menangis,” sebutnya.
Sementara harga bahan lain seperti daging sapi masih cukup stabil, sedangkan untuk telur bisa digolongkan mahal, tapi tidak semahal daging ayam.
Dondit Bekti menambahkan, pihaknya memprediksi akan terjadi penurunan hewan kurban di tengah situasi pandemi Covid-19 ini.
“Kami memprediksi turun seperti tahun lalu, misalnya tahun kemarin hanya ada sekitar 1130 ekor sapi yang menjadi hewan kurban. Tahun ini kami juga sudah melakukan pengecekan kesehatan hewan dan masih aman, selain itu stoknya juga aman,” terangnya.
Dondit Bekti juga mengingatkan agar masyarakat tak menjadikan hewan sapi betina yang masih produktif sebagai hewan kurban karena ada larangan dari Undang-Undang.
“Tahun lalu sempat ada kecolongan, tapi bisa kita cegah. Jika ada yang nekat menjadikan ternak sapi betina yang masih produktif sebagai hewan kurban, itu bisa dipidanakan,” ucapnya.