TERAS7.COM – Masuknya musim kemarau tidak selalu berimbas negatif bagi lingkungan dan masyarakat, seperti halnya bagi para petani di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin yang sebagian besar profesi penduduknya adalah berkebun tanaman cabai.
Meski kemarau pada tahun ini terbilang ekstrim, namun hasil cabai hiyung yang terkenal akan kepedasannya ini pun masih mampu memperoleh hasil yang maksimal dimusim panen kali ini.
“Beruntung kemarau kali ini tidak berimbas pada hasil cabai yang kami miliki, bahkan hasilnya masih lumayan melimpah,” terang Junaidi, salah satu petani cabai hiyung saat ditemui kontributor Teras7.com Sabtu (10/8) siang.
Pada musim panen kali ini sendiri, hasil yang diperoleh petani mencapai 100 Kilogram (Kg) per 1500 pohon cabai yang ditanam. Bahkan produksi setiap 1 Hektarnya hingga mencapai 1,6 ton cabai rawit hiyung.
“Satu pohon dapat dipanen sebanyak 25 sampai 36 kali, tergantung dari kualitas kesuburan tanamannya sendiri,” tambah Junaidi.
Cabai rawit hiyung dapat dipanen ketika umurnya mencapai 3-4 bulan dari masa tanam, setelah proses panen pertama dilakukan barulah petani dapat terus menerus untuk melanjutkan masa panen berikutnya dengan interval waktu 4-5 hari sekali panen hingga pohon berusia 6-7 bulan.
Meski hasil produksi cabai yang memiliki tingkat kepedasan 94.500 ppm atau setara dengan 17 kali lipat dari cabai biasa ini terbilang cukup tinggi, namun untuk harga jual cabai hiyung sendiri saat ini mengalami penurunan yakni dikisaran Rp.65.000,- sampai Rp.55.000,- per Kilogramnya.
“Musim panen kali ini harganya menurun, padahal saat panen sebelumnya harga masih tinggi mencapai Rp.70.000,- per kilonya,” keluh Junaidi.