TERAS7.COM – Pasar Wadai Ramadan 1443 Hijriyah di Martapura yang dibuka Bupati Banjar Saidi Mansyur hampir sepekan lalu tampak sepi.
Pasar wadai yang berada di sepanjang badan Jalan Kenanga samping RTH Ratu Zalecha Martapura ini tak banyak dikunjungi pengunjung dibandingkan dengan hari pembukaannya.
Bahkan ada pedagang yang tutup terlebih dahulu dan pindah ke cabang tempat berdagangnya lain, selain itu juga ada beberapa stand yang tak buka.
Tak hanya itu saja, tampak masih banyak pedagang yang barang dagangannya masih banyak karena sepinya pembeli.
Hal ini mendorong Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Banjar M. Rofiqi mengunjungi Pasar Wadai Ramadan ini pada Sabtu sore (9/4/2022).
Kedatangan politisi Gerindra ini sendiri disambut gembira oleh pedagang yang meminta dagangannya agar dibeli.
Bahkan ia juga membeli barang dagangan beberapa pedagang untuk kembali dibagikan kepada masyarakat di sekitar Pasar Wadai Ramadan.
Kepada awak media, Rofiqi mengatakan ia datang ke Pasar Wadai Ramadan ini setelah mendapatkan informasi dari masyarakat mengenai sepinya pasar tersebut.
“Kalau menurut saya ini menyedihkan, hampir jam 6 sore tapi sedikit sekali pengunjung,” katanya.
Selain itu lanjut Rofiqi, penutupan jalan untuk Pasar Wadai Ramadan ini menurutnya salah konsep dan keliru.
“Bagaimana orang mau masuk kalau jalan di tutup? Konsep kali ini menurut saya keliru, dimana-mana pasar itu mencari arus pembeli yang banyak. Nah sekarang jalan ditutup, orang mau parkir dimana?” sambungnya.
Hal seperti ini kata Rofiqi harus menjadi perhatian pemerintah karena membuat pedagang dan pelaku UMKM yang ikut Pasar Wadai Ramadan ini mengeluh.
“Saya harap pasar ini tak hanya dipoles untuk kepentingan penguasa saja, tapi juga harus memikirkan kepentingan pedagang. Ini menjadi tugas kita semua, sebelum hari ke 7 sudah harus ada evaluasi. Agar pada akhir ramadan nanti, pasar bermanfaat bagi masyarakat,” harapnya.
Sementara itu salah satu pedagang, Nurul mengungkapkan memang kondisi pasar wadai jauh menurun dibandingkan saat pembukaannya.
“Menurun dari hari pertama, bahkan ada yang sehari 12 orang saja yang membeli, hilang seperti disapu angin,” katanya.
Selain itu konsep pasar wadai ini menurutnya juga kurang greget jika dibandingkan pasar wadai yang lain, karena cuma ramai di awal saja.
Terlebih di pasar wadai ini berkeliaran pihak kepolisian katanya yang cenderung membuat pengunjung takut, khususnya dengan isu razia vaksin.
Walaupun pertama kali mengikuti pasar wadai kali ini, Nurul mengaku tak bisa bertahan lebih lama kalau pendapatan berkurang.
“Kalau mau bertahan, mungkin harus diubah konsep pasarnya. Kalau rugi terus kami bisa berhenti, paling lama bisa bertahan setengah bulan. Walau ada aturan jika libur 2 hari akan di diskualifikasi, tapi kalau keadaan seperti ini ya sudahlah,” tutupnya.