TERAS7.COM – Sejak era Gerakan Manifesto Kebudayaan membuat pelukis pada masa 1950-an lebih memilih membebaskan karya seni mereka dari kepentingan politik tertentu, sehingga era ekspresionisme dimulai.
Oleh karenanya, lukisan tidak lagi dianggap sebagai penyampai pesan dan alat propaganda, namun lebih sebagai sarana ekspresi pembuatnya hingga sekarang.
Salah satu pelukis asal Martapura Kabupaten Banjar, Akhmad Fauzi Ramadhani berkesempatan menceritakan perjalanannya sebagai seorang pelukis kepada teras7.com.
Dhani mulai mendalami seni melukis sejak masih duduk di bangku SMA, tapi hanya sebatas mengisi waktu luang. Seiring berjalannya waktu, dirinya mencoba untuk konsisten dalam melukis, dan tepat September ini, Dhani sudah pas setahun menggeluti dunia seni lukis.
Bahkan, dirinya mengaku mulai menyukai menggambar sejak sedari kecil, saat itu dirinya masih menggambar di kertas atau buku gambar.
“Sejak kecil saya sudah hobby menggambar, tapi mulai mencoba melukis itu saat masih dibangku SMA, dan baru memberanikan diri mempublish karya ini tepatnya setahun lalu pada September 2021,” ujarnya. Minggu (04/09/2022).
Alasan Dhani untuk konsisten dalam melukis tergolong unik. Ia mengaku jenuh dengan rutinitas harian, sehingga terbesit untuk memberanikan diri memperlihatkan karya seni lukisnya kepada khalayak lewat media sosial Instagram.
“Atas dasar gabut (jenuh) dengan rutinitas setiap harinya sehingga terbesit difikirannya untuk memberanikan diri memperlihatkan ke publik karya seninya lewat media sosial, Instagram,” ucap Dhani.
Saat dibangku SMA, Dhani masih melukis menggunakan cat air biasa, karena menurutnya saat itu hanya untuk konsumsi pribadinya.
Setelah terfikir untuk konsisten, Dhani mulai memilih cat air dan bahan lainnya yang berkualitas untuk menghasilkan sebuah karya lukisan.
Untuk inspirasi, pria berusia 27 tahun ini mengaku berasal dari tontonan masa kecilnya, seperti Superhero Jepang maupun Superhero Amerika, tetapi dengan tambahan unsur kreatifitas di dalam sebuah lukisan yang dihasilkannya.
“Inspirasinya datang dari tontonan masa kecil, seperti Kamen Rider, Superhero Jepang, dan juga Superhero dari Amerika, contohnya Superman. Intinya lebih kepada apa yang dilihat dan disukai waktu kecil,” ungkapnya.
Meski begitu, menurut Dhani, tidak semua lukisan yang dirinya hasilkan harus bertemakan karakter Superhero, tetapi bisa juga suatu obyek.
Dalam menghasilkan satu lukisan saja, pria yang sehari-harinya bekerja di salah satu instansi pemerintah di Kabupaten Banjar ini mengaku, harus mengerjakannya selama 12 jam hingga 1 hari, tergantung kesulitan saat melukis.
“Untuk menghasilkan 1 karya lukis bisa membutuhkan waktu sekitar 12 jam, tapi pernah juga sampai 1 hari, jadi tergantung moodnya saat melukis,” ucapnya.
Sampai saat ini, Dhani sudah berhasil menjual sebanyak 10 lukisan, dan salah satunya dibeli oleh sebuah cafe bertemakan Jepang di Banjarbaru.
Untuk harga, dirinya mematok 1 lukisan mulai dari harga Rp 60 ribu, tetapi tergantung media lukis yang digunakan, seperti kanvas atau kertas.
Saat ditanyakan paling berkesan, menurut Dhani semua lukisan yang ia hasilkan berkesan dan memiliki filosofi, yakni semangat yang membangun.
“Semua lukisan memiliki filosofinya yaitu semangat dan membangun, disini diajarkan bahwa kita adalah pahwalan bagi diri kita sendiri, jadi lakukan yang terbaik,” ungkapnya.
Dukungan terhadap hobi melukisnya juga datang dari orang tua, keluarga, dan teman-temannya. “Alhamdulillah orang tua, keluarga, teman-teman itu mendukung, malah Ibu yang sering nanya siapa saja yang sudah beli karya saya, dan lingkungan pertemanan juga kebanyakan berkecimpung di dunia seni,” terangnya.
Terkait suka duka dalam melukis, menurut Dhani untuk sukanya yakni saat lukisan yang kita hasilkan diapresiasi orang lain. Sedangkan dukanya, yakni hujatan dan diremehkan orang atas karya yang kita hasilkan.
“Sebagai pelukis, yang pasti dukanya itu hujatan, sampai diremehkan orang terhadap karya yang kita hasilkan. Pernah menawarkan ke salah satu cafe malah mendapatkan sikap sinis,” ucapnya.
“Kalau setiap menyelesaikan sebuah karya lukis seperti ada kebahagiaan tersendiri, terlebih kalau ada perhatian dari orang terhadap karya kita, apalagi sampai dibeli orang, jadi itu sih sukanya yang dirasakan,” tambahnya.
Dhani berpesan kepada pelukis sepertinya yang masih belum berani memulai, untuk segera berani mulai memberanikan diri. Karena menurutnya, omongan negatif dan hujatan dari orang-orang terhadap karya kita pasti selalu ada.
“Publish aja, harus berani, karena kalau kita mendengarkan omongan orang itu tidak pernah ada habisnya, pasti ada terus. Jadi kalau memang hobinya itu, ya lakukan, karena kita punya ciri khas sendiri,” kata Dhani.
Terakhir, Dhani berharap agar kedepannya para pelukis sepertinya lebih dihargai, dan bisa menjadikan hal ditekuninya ini sebagai penyokong untuk kebutuhan hidup.
“Harapannya sederhana, intinya hargai orang-orang seperti kami, dan kedepannya juga bagaimana agar seniman bisa hidup dari apa yang ia tekuni ini,” harapnya.
Bagi kalian yang ingin melihat karya seni lukis Dhani ini bisa melihatnya di instagram @god_palace, dan jika kalian menyukainya dan ingin memesan karya lukis ini bisa lewat kontak WhastApp 087822370326.