Untuk itu, ia mendorong Menteri Pertanian untuk membuat perencanaan besar terkait prospek porang sebagai sebuah primadona komoditas pertanian baru.
Presiden menginstruksikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk menjadikan porang sebagai komoditas ekspor andalan baru di tanah air.Menurut Presiden Jokowi, porang merupakan komoditas baru yang dapat memberikan nilai tambah yang baik, tidak hanya bagi perusahaan pengolah porang tetapi juga kepada para petani porang.
Berdasarkan data yang diterimanya, dalam satu hektar lahan dapat menghasilkan 15 hingga 20 ton porang. Selain itu, pada musim tanam pertama para petani dapat menghasilkan hingga Rp40 juta porang dalam kurun waktu delapan bulan. Sebuah nilai yang sangat besar.
Presiden Jokowi juga meyakini bahwa porang akan menjadi makanan sehat di masa mendatang, mengingat porang memiliki kandungan yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.
Mulai dari rendah kalori hingga bebas gula. Presiden pun berharap komoditas porang ini dapat diekspor tidak hanya dalam bentuk mentahan dan barang setengah jadi, namun sudah dalam bentuk beras porang.
Dalam kunjungan tersebut, Presiden Jokowi juga melakukan groundbreaking perluasan pabrik PT Asia Prima Konjac sekaligus meninjau proses pengolahan porang dari barang mentah menjadi barang setengah jadi. Presiden Jokowi juga menyempatkan diri berdialog dengan beberapa perwakilan petani porang.
Kementerian Pertanian pernah menyebut nilai ekspor porang pada 2020 mencapai Rp923,6 miliar. Alhasil, komoditas tersebut ditetapkan sebagai mahkota masuk dalam program gerakan tiga kali lipat ekspor (Gratieks).
Beberapa kali Presiden Joko Widodo juga meminta agar porang dijadikan sebagai komoditas andalan baru di Indonesia, khususnya dalam rangka membuat alur ekspor yang beragam dan lebih optimal ke mancanegara.
Potensi umbi porang di pasar internasional semakin besar. Hal ini dibuktikan dengan nilai ekspor porang yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2018, volume ekspor porang dari Jawa Timur mencapai 5,51 ton dengan nilai sekitar Rp270,3 miliar.
Pada 2019 terjadi peningkatan 9 persen, menjadi 6 ton dengan nilai sekitar Rp297 miliar. Pada 2020, angkanya meningkat lagi mencapai 70 persen di volume 10 ton dengan nilai Rp499,08 miliar. Adapun negara tujuan ekspor porang Jawa Timur, antara lain, Tiongkok, Vietnam, Jepang, Thailand, Singapura, Korea Selatan, dan Taiwan.
Kementan telah menyusun Roadmap Budi daya dan Ekspor Porang 2020-2024, dengan target pengembangan sekitar 100 ribu hektare (ha) di 2024 dan potensi ekspor sebesar 92 ribu ton chips kering.
Dalam roadmap tersebut juga, telah dipetakan target sebagai berikut, luas tanam (realisasi) tanaman porang 2020 adalah 19.950 ha dan 2021 adalah 47.641 ha.
Sedangkan luas panen yang ditargetkan pada tahun tertentu adalah 95% dari luas tanam dua tahun sebelumnya. Produksi basah yang ditargetkan adalah 10 ton/ha dan ini nantinya akan dibuat berupa tepung glucomannan. Sedangkan, produksi kering dalam bentuk chips adalah 15% dari produksi basah. Kebutuhan benih adalah 20.000 katak (100 kg/ha).
Pengembangan porang akan dilakukan melalui sejumlah strategi, antara lain, peningkatan ketersediaan dan penggunaan benih varietas unggul, penerapan good agricultural practices di tingkat petani, penyediaan pupuk sesuai kebutuhan, dan dukungan prasarana irigasi, jalan usaha tani dan dukungan fasilitas pembiayaan. Adapun fokus pengembangan secara bertahap akan dilaksanakan di 29 provinsi dan 263 kabupaten.
Dari sisi distribusi, pasar dalam negeri yang ditargetkan adalah 10% dari total panen, sedangkan sisanya diekspor dalam bentuk chips kering atau produk turunan lainnya yang diperkirakan ada sekitar 21 jenis.
Berdasarkan data Kemendag, ekspor porang Indonesia pada 2020 tercatat sebanyak 8.570 ton dengan total nilai USD19.645.620 atau tumbuh 23,35% (yoy) dengan Tiongkok sebagai tujuan ekspor terbesar yakni mencapai 13,28 juta ton.